Feeds:
Posts
Comments

Archive for March, 2020

Saat seperti ini bukanlah mudah bagi siapapun meski bagi sebagian orang ada juga yang menangguk keuntungan rupiah luar biasa, termasuk penjual masker — barang yang tiba-tiba menjadi trending dan langsung raib dari pasar. Andaikan ada yang menawarkan, yang dulunga per box isinya 50 pcs masker seharga Rp. 100 ribu, sekarang harganya paling murah Rp. 350 ribu (hanya 20 pcs alias Rp. 875 ribu per 50 pcs!!) dan itu belum jaminan barang akan dikirim. Sekurangnya, itulah yang dialami istri saya, tiba-tiba pelapak online itu ‘membatalkan’ pesanan yang tadinya sudah deal dan bahkan sudah dibayar. Luar biasa. Mungkin setelah itu ada yang berani membayar lebih tinggi? Wallahua’lam. Masih ada yang berenang di atas kesulitan orang lain. Semoga Allah Taala memberi hidayah kepada pelapak yang seperti ini.

Bosan? Wajar, karena berhari-hari bahkan sudah dua pekan lebih kita berada di dalam rumah terus menerus. Lagian, siapa sih yang pengen setiap hari hanya di rumah saja tanpa kegiatan keluar sedangkan kita ini pada dasarnya makhluk sosial, ada kalanya kita bertemu dengan teman dan kerabat untuk sekedar ngupi-ngupi atau ngobrol santai? Namun, sebagai manusia yang berakal dan apalagi beriman, jangan biarkan rasa bosan menguasai kita justru kita harus menundukkannya. Bagaimana caranya agar kita bisa mengatasi atau bahkan mencegah kebosanan itu? Berikut ini adalah tips yang saya rasa berguna kita praktekkan, saya rangkum dari beberapa pembelajaran baik secara online maupun referensi buku-buku agama maupun buku-buku self-improvement. Tak hanya itu, pembelajaran tersebut sudah saya praktekkan dan Alhamdulillah ‘It works ….’

1.) The Power of Acceptance

Dalam literatur manajemen dan kepemimpinan istilah ini tak asing lagi yaitu suatu keadaan pada diri kita yang ‘mengakui’ adanya suatu kondisi tertentu yang sedang terjadi atau bahkan antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi. Dalam manajemen perubahan, misalnya pakar seperti John Kotter, menekankan perlunya kita ini mengakui tentang terjadinya suatu perubahan misalnya saat dia menulis karyanya bertajuk “The Iceberg is Melting” dimana untuk mengakui suatu keadaan yang sedang terjadi kadang ada saja pihak yang belum mau mengakuinya. Justru kita harus seketika mengakui apa yang terjadi ini sebagai “It is happening now …” atau “It has been happening …” dan kita bersegera menyusun langkah mitigasinya bagaimana. Tanpa pengakuan ini akan sulit kita melangkah ke hari depan karena yang ada hanya keluh kesah tanpa ujung. Gak ada manfaatnya blas bro!

Sebagai manusia beriman kita harus yakin bahwa pandemi ini tak akan bisa terjadi tanpa adanya ijin Allah, biidznillah. Kita harus yakin bahwa ini ketetapan ALlah yang sudah pasti dan kita harus meyakininya. Sedangkan apapun yang merupakan ketetapan Allah bagi manusia yang beriman tentu ini adalah yang “terbaik” bagi umatNya meski kelihatannya bagi kita sebagai manusia merupakan keburukan. Sebagai orang beriman kita harus yakin bahwa semua yang merupakan ketetapan Allah sudah pasti merupakan kebaikan. Kalaupun kita belum mampu melihat kebaikan itu dalam bentuk apa, Allah Taala tahu sekali karena Dia tahu apa yang terjadi sebelumnya maupun apa yang akan terjadi (hal ghaib) yang akan terjadi di depan kita. Pada tahap ini yang diperlukan dari kita hanya ‘pengakuan’ bahwa ini merupakan ketetapan Allah. Hal ini harus kita resapi dengan benar, tidak boleh setengah-setengah. Tanpa sedikit ragu.

2.) First Thing First

Tentu kita paham banget sama nasehat Steven Covey dalam “7 Habits of Highly Effective People” bahwa kita harus memprioritaskan hal-hal yang sangat penting terlebih dulu ketimbang hal lainnya. Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri menasehati kita agar kita mengatasi masalah saat ini dengan ‘menuntut ilmu’ (thalabul ilmi) sebagai hal paling penting harus kita lakukan sebelum yang lainnya. Sebagi orang beriman, kita paham bahwa ilmu Allah itu begitu luas dan dalam sehingga bila seluruh pohon yang ada di dunia ini dijadikan pena takkan bisa menulis ilmu Allah karena begitu besar dan luasnya serta tak kan ada habisnya.

Thalabul ilmi ini menjadi penting sekali karena dengan ilmu lah kita bisa menghadapi semua musibah ini dengan tenang dan hati yang lapang. Anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah tentunya bukan menjadi halangan kita menuntut ilmu syarii melalui saluran online. Alhamdulillah juga sudah begitu banyak asatidz,para ustadz yang memberikan kajian online bahkan hampir tiap hari termasuk usstadz Muhammad Nuzul Dzikri, ustadz Firanda Andirja, ustadz Syafiq Riza Basalamah dan masih banyak lainnya. Silakan browsing di youtube atau facebook, begitu banyak kajian LIVE yang dilakukan oleh para ustadz tersebut. Jangan lupa, catat setiap hal penting yang beliau-beliau sampaikan.

Awalnya mungkin Anda akan berpikir kok jawabannya menuntut ilmu pada saat kita mengatasi kebosanan terkait #dirumahaja? Coba kita renungkan lebih dalam atau langsung saja praktekkan dengan menuntut ilmu baik secara online maupun dengan membaca. Hampir bisa dipastikan kita akan mendapatkan hikmah luar biasa dari kejadian pandemi global ini. Coba tengok rak buku Anda dan ambil Al Quran yang boleh jadi selama ini jarang dibuka. Bukalah secara acak halaman mana saja kemudian baca dan resapi maknanya, kalau perlu baca tafsirnya. Hampir bisa dipastikan Anda akan mendapatkan hikmah luar biasa dari satu atau beberapa ayat yang Anda baca. Masih ingat kisah yang disampaikan seorang mahasiswa FISIP UI tentang seoarang yang mau bunuh diri kemudian oleh ustadz diminta buka Quran halaman berapa saja lalu baca isinya satu atau beberapa ayat saja dan renungkan? Kalau lupa, silakan klik di Kisah dari Mushalla FISIP UI. Al Quran adalah satu-stunya kitab tanpa ada keraguan isinya karena isinya firman Allah Taala dan Dia akan menjaga kemurniannya hingga akhir jalan. Cobalah buka dan cari hikmahnya. Salah satu ayat yang diberikan contohnya oleh ustadz Nuzul Dzikri adalah An Nisa ayat 28: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” Dari satu ayat ini saja kita bisa memahami betapa kita ini lemah, tak bisa berbuat apa-apa.

Dan tentu, akan banyak sekali hikmah yang Anda bisa petik dari membuka Al Quran.

3.) Energy Management

Bahasa sederhananya sih ini sebenernya ‘time management’ namun sudah dikritisi oleh banyak kalangan karena yang kita butuhkan sekarang adalah ‘energy management’ sehingga fokus pada hal-hal yang pokok akan membuat kita semakin yakin bahwa kita melakukan yang benar sehingga time management berjalan dengan sendirinya karena fokus yang benar. Kita harus memfokuskan energi kita kepada hal yang benar-benar penting sepeti pada poin 2 di atas. Artinya, bila kita harus memprioritaskan mana yang penting dan kita sepakat bahwa fokus pada Al Quran dan Hadits selanjutnya amalan apa yang musti kita lakukan agar kita tidak bosan selama #dirumahaja ini?

a.) Selain baca Al Quran lengkapi dengan buku-buku yang memfokuskan kepada penguatan akidah kita agar kita bisa memurnikan keikhlasan kita untuk beribadah hanya kepada Allah Taala. Ikuti kajian-kajian terkait tauhid yang banyak tersedia di youtube oleh ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, uatdz Firanda Andirja, ustadz Sofyan Chalid, ustadz Azhar Chalid Bin Seff, ustadz Wasitho, ustadz Ruslan Nurhadi dan masih banyak lainnya. Banyak juga saluran TV syarii yang tersedia di youtube.

b.) Lengkapi shalat fardhu dengan shalat rawatib secara tertib, ikuti semua dan jalankan sunnah-sunnah yang ada agar tidak bosan. Jangan lupa dengan dzikir setelah shalat fardhu.

c.) Selalu melakukan Dzikir Pagi Petang sesuai sunnah seperti yang disusun oleh Syaikh Said bin Qahthani melalui kumpulan dzikir dan doa yang shahih / hasan dalam bukunya “Hishnul Muslim”. Untuk memperdalami maknanya, silakan ikut kajian youtube “Dzikir Pagi & Petang” oleh Ustadz Abdullah Zaen. Maasya Allah kajian ini bagus sekali dan membuat kita semangat untuk menjalankan dzikir pagi dan sore hari.

d.) Sesuai anjuran dari ulama dan para ustadz dalam setiap doa kita jangan pernah lewatkan Doa Nabi Yunus bin Matta (Dzun Nun) “Laa ilahaa illa anta subhannaka inni kuntu minnadzholimiin”.

e.) Jangan lupa olahraga misalnya dengan senam ringan agar kita selalu bugar.

f.) Salah satu dari 10 Wasiat menghadapi wabah adalah dengan mendirikan shalat di sepertiga malam terakhir. Nah, bagi yang belum biasa tentunya sulit. namun segala hal yang sulit akan dimudahkan Allah bila kita memohon dengan hati yang ikhlas agar dibangunkan pada sepertiga akhir malam. Insyaa Allah bisa.

Saya yakin andaikan kita konsisten melakukan tiga hal pokok ini insyaa Allah tidak ada kebosanan sama sekali dalam menjalani #dirumahaja bahkan akan terasa bahwa ternyata waktu berjalan begitu cepat yang tadinya pagi hari, tahu-tahu sudah sore bahkan malam hari.

 

#dirumahaja #bosan #janganbosan #tipsjanganbosan #hikmah #caraagartidakbosan

 

 

Read Full Post »

Coronavirus, Lockdown, dan Ironi Negeri Muslim Terbesar
Oleh Harun Husen, Wartawan  Foto
Dedi Junaedi by Dedi Junaedi  28 Maret 2020 in Dakwah

Coronavirus, Lockdown, dan Ironi Negeri Muslim Terbesar

Di laman Newsweek, 17 Maret, seorang profesor, Dr Craig Considine, menulis sebuah artikel menarik. Judulnya, “Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet Muhammad Thought Otherwise”.

Artikel itu tentang wabah coronavirus, yang kini telah menjadi pandemi global. Editor Newsweek, memberi artikel itu ilustrasi Ka’bah dan pelatarannya yang putih susu.

Pada dua paragraf awal Dr Craig membahas tentang pandemi global Covid19 dan cara membendungnya. Para ahli imunologi seperti Dr Anthony Fauci dan Dr Sanjay Gupta, tulisnya, menyatakan bahwa cara paling efektif untuk mengatasinya adalah dengan menjaga kebersihan, melakukan karantina, dan mengisolasi diri dari orang lain.

Pada paragraf ketiga, dia menyampaikan sebuah pertanyaan. Sebenarnya lebih merupakan pernyataan. Berkata Dr Craig, “Taukah Anda siapa lagi yang menyarankan menjaga keberhasihan dan karantina selama pandemi berlangsung?”

“Muhammad, Nabi umat Islam, lebih dari 1.300 tahun silam,” tulisnya.

Nabi Muhammad, Dr Craig menambahkan, bukanlah seorang ahli tradisional dalam soal penyakit mematikan. Namun, tulisnya, “Nabi Muhammad telah menyampaikan nasihat yang sangat baik untuk mencegah dan memerangi perkembangan [penyakit mematikan] seperti Covid19.”

Dr Craig kemudian mengutip hadits yang dia maksud. “Muhammad bersabda: ‘Jika engaku mendengar wabah melanda suatu negeri, jangan memasukinya; tetapi jika wabah itu menyebar di suatu tempat sedang engkau berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu’.”

Yang dikutip Dr Craig adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Kisah lengkap tentang hadits ini, yang berkaitan dengan peristiwa di zaman Khalifah Umar, lihat pada tulisan “Lockdown Era Umar bin Khattab”.

Masih mengutip hadits, Dr Craig –yang belum lama ini menulis buku berjudul “Humanity of Muhammad: A Christian View” (Blue Dome Press, 2020)– menulis: “Dia (Nabi Muhammad) juga berkata: ‘Mereka yang telah terinfeksi penyakit menular, harus dijauhkan dari yang sehat’.”

Ini juga hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah. Formulasi lain hadits ini dalam bahasa Indonesia, adalah “Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.”

Sekarang semua anjuran Nabi tersebut, secara kebetulan telah menjadi jurus banyak negara dalam menghadapi pandemi global coronavirus. Mulai dari negara komunis, Hindu, Kristen, Katolik, liberal, sekuler, dan lain-lain, melakukan lockdown. Ironisnya, Indonesia yang merupakan negara mayoritas Muslim, justru mengabaikan pesan Sang Nabi.

Alih-alih, kita malah melakukan langkah sebaliknya. Saat Cina sedang diharubiru coronavirus, yang memaksa negara itu melockdown Wuhan hingga menutup Kota Terlarang, kita (kita?) malah mengundang turis masuk ke negara ini, bahkan dengan iming-iming diskon.

Kedua, saat orang terinfeksi mulai ditemukan, kita sama sekali tidak mau melakukan karantina wilayah. Akibatnya, kini virus telah menyebar di sebagian besar provinsi di Indonesia. Yang terinfeksi dan meninggal semakin banyak.

Saat situasi semakin buruk, malah terdengar skenario melakukan herd immunity. Skenario yang seakan menyerahkan anak bangsa ini menjadi hidangan virus korona. Silakan bertarung sendiri melawan virus itu melalui mekanisme seleksi alamiah. Survival of the fittest.

Sejak lama, para ahli menyatakan mortality rate virus ini adalah dua persen. Jadi, peluang Anda hidup adalah 98/100. Pastikan saja anda tidak termasuk yang dua persen.

Lalu, berapa dua persen orang Indonesia? Sekarang penduduk kita sekitar 270 juta. Kalau skenario herd immunity benar-benar tega dijalankan, maka yang akan mati adalah sekitar 4,5 juta orang. Seberapa banyak itu? Bayangkan saja Singapura dijatuhi bom atom, dan seluruh penduduknya mati. Sebanyak itulah nanti yang mati.

Itu pun kalau benar-benar dua persen saja yang mati. Sekarang, berdasarkan data Worldometer sampai dengan Sabtu sore ini, kasus positif coronavirus berjumlah 601.010, dengan tingkat kematian 27.432, atau 4,56 persen.

Lalu bagaimana kalau tingkat kematian herd immunity sampai 4,5 persen? Jumlahnya tinggal dikali dua. Maka, yang mati sekitar 12 juta orang. Jumlah yang mati akan lebih banyak daripada penduduk Jakarta.

Inggris, yang disebut-sebut mencoba menerapkan skenario herd immunity, gagal dan diobrak-abrik virus ini. Bahkan, perdana menteri dan pewaris tahta inggris, berhasil diinfeksi virus ini.

Para ahli pun menentang skenario kejam tersebut. Bukan hanya akan mengorbankan jutaan nyawa, skenario ini pun penuh dengan ketidakpastian. Seorang peneliti mengatakan virus ini baru memulai perjalanan evolusinya. Di Wuhan maupun Jepang, sudah didapati kejadian ganjil, orang yang sembuh, ternyata bisa terinfeksi lagi. Bahkan di Wuhan angkanya sampai lima persen. Berita lain menyebut angkanya sampai 14 persen.

Nabi, sejak 14 abad silam, tidak pernah menyarankan skenario kejam seperti itu. Nabi mengajarkan karantina, isolasi, dan menjaga kebersihan.

Mari kita tengok lagi tulisan Dr Craig, yang basah kuyup oleh guyuran hadits. Nabi Muhammad, tulisnya, sangat mendorong manusia mematuhi praktik higienis yang bakal membuatnya aman dari infeksi. “Pertimbangkan hadits-hadits ini, atau perkataan Nabi Muhammad:”

“Kebersihan adalah sebahagian dari iman.”

“Cucilah tanganmu setelah bangun tidur; kamu tidak tahu ke mana tanganmu bergerak saat tidur.”

“Keberkahan makanan terletak pada mencuci tangan sebelum dan setelah makan.”

Lalu, bagaimana jika seseorang jatuh sakit? Nasihat apa yang akan diberikan Nabi Muhammad kepada sesama manusia yang sedang didera rasa sakit? Dr Craig kembali bertanya, retoris.

Jawabannya, menurut profesor yang tahun lalu menerbitkan buku “Islam in America: Exploring the Issues” (ABC-CLIO 2019), ini, adalah: “Dia (Nabi Muhammad) akan mendorong untuk mencari perawatan medis.”

Dr Craig pun mengutip hadits yang sangat terkenal. “Manfaatkan perawatan medis (berobatlah), karena Tuhan tidak menciptakan penyakit tanpa obatnya, dengan pengecualian terhadap satu penyakit –usia tua (pikun).” Hadits ini diriwayatkan Imam Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah.

Hampir sekujur artikel Dr Craig, bercerita tentang Sang Nabi dan sabdanya yang sangat diperlukan umat manusia, hari-hari ini. Dan, yang menurutnya merupakan salah satu poin terpenting, Nabi mengajarkan bagaimana menyeimbangkan iman dan akal.

Dr Craig kemudian mengajak kita melihat respons umat beragama, beberapa pekan terakhir. Sebagian orang, tulisnya, bergerak terlalu jauh, dengan menyarankan bahwa berdoa akan lebih baik dan akan menjauhkan dari coronavirus, ketimbang mematuhi aturan dasar tentang sosial distancing dan karantina. Dr Craig pun mereka-reka, kira-kira apa tanggapan Nabi terhadap pendapat seperti itu.

Dan, Dr Craig menjawabnya dengan menukil sebuah kisah unta orang Badui, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. “Pertimbangkan kisah berikut. Suatu hari, Nabi Muhammad melihat seorang lelaki Badui meninggalkan untanya tanpa mengikatnya. Dia (Nabi Muhammad) bertanya kepada orang Badui tersebut, ‘Mengapa tidak engkau ikat untamu?’ Orang Badui itu menjawab, ‘Aku menaruh kepercayaan (tawakal)kepada Tuhan.’ Sang Nabi pun kemudian bersabda, ‘Ikat dulu untamu, baru kemudian tawakkal kepada Tuhan’.”

Sebagai kesimpulan, Dr Craig menyatakan bahwa Nabi Muhammad menyarankan umat untuk mencari bimbingan dalam agama mereka, namun Nabi tetap berharap mereka melakukan langkah-langkah mendasar terkait pencegahan, kestabilan, dan keselamatan. “Dengan kata lain, dia {Nabi) berharap umat menggunakan akal sehatnya.”

Can the Power of Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus - Dr. Craig 30Mar20
==

Lockdown Era Umar bin Khattab

Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi. Pada tahun 18 Hijriyah, suatu hari Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya, melakukan perjalanan menuju Syam. Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut.

Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.

Beberapa waktu kemudian, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Umar di perbatasan. Terjadi percakapan di antara para sahabat dengan Umar. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.

Syam diberlakukan lockdown. Setiap beberapa waktu sekali, Abu Ubaidah mengabarkan situasi kondisi yang terjadi di Syam, kepada Umar bin Khattab. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, hingga tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya ada Abu Ubaidah.

Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.

Sumber:

– https://www.newsweek.com/prophet-prayer-muhammad-covid-19-coronavirus-1492798

– https://www.dompetdhuafa.org/id/berita/detail/lockdown-zaman-nabi

Read Full Post »

Menasehati Diri

Nasehat diri untuk selalu menasehati diri sendiri dengan semangat, seperti dituturkan Hasan Al Bashri, hal ini merupakan kebaikan. Benar juga, kalau kita fokus pada menasehati diri sendiri lama kelamaan kita menjadi lebih baik dari hari kemarin. Akhirnya, tidak ada waktu untuk membandingkan apalagi menghakimi orang lain. Bila ini terus menerus dilakukan pada akhirnya setiap lisan yang keluar dai dirinya sudah secara otomatis merupakan nasehat baik untuk orang lain maupun dirinya sendiri. Semoga kita dimudahkan oleh Allah Azza wa Jalla menjadi manusia yang rajin menasehati diri sendiri. Aammin Ya Rabb … Aamiin 🤲

Nasehat Diri - Hasan Basri 30Mar20


#nasehat #nasehatdiri #hasanalbashri #kebaikan #kalimatbijakislami

Read Full Post »

PENGANTAR PENERBIT

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Syukur Alhamdulillah, atas dukungan dan do’a para pembaca setia yang mengiringi langkah-langkah kami hingga saat ini. Juga atas nikmat-nikmat-Nya kepada kita semua yang tak pernah bisa terhitung. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada sang tauladan, Nabi dan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam hingga akhir zaman.

Rubrik Ruhaniyat merupakan salah satu rubrik tetap majalah Tarbawi yang sudah ada sejak majalah Tarbawi lahir di bulan Mei tahun 1998. Sejak awal, sesuai dengan namanya, rubrik ini memang diarahkan untuk membahas tema-tema yang bersifat spiritualitas dan keruhanian. Penulisnya, Muhammad Nursani, sudah menjadi penanggung jawab tetap rubrik Ruhaniyat sejak edisi pertama majalah Tarbawi.

Dalam perjalanannya, karakter dan gaya penulisan rubrik Ruhaniyat, semakin lama semakin terbentuk. Rubrik Ruhaniyat dianggap memiliki ciri dan karakter tulisan sendiri yang menurut beberapa kali hasil pengisian kuis yang disampaikan majalah Tarbawi kepada para pembaca – memberi sentuhan tersendiri bagi pembacanya. Dari sanalah sebenarnya, ide untuk mengumpulkan dan membukukan naskah-naskah rubrik Ruhaniyat muncul. Kemudian ide ini juga didukung sejumlah pembaca yang menghendaki hal yang sama.

Buku yang kami terbitkan ini, merupakan salah satu bentuk persembahan kami kepada para pembaca majalah Tarbawi. Untuk tahap awal, kumpulan rubrik Ruhaniyat ini kami bagi menjadi dua. Yakni seri 1 yang berjudul “Mencari Mutiara di Dasar Hati. Catatan Perenungan Ruhani” sebagai kumpulan naskah rubrik Ruhaniyat yang merupakan kontemplasi ruhani secara umum. Sedangkan buku seri II berjudul “Berjuang di Dunia, Mengharap Pertemuan di Surga. Refleksi Ruhani Para Pejuang Dakwah” sebagai kumpulan naskah rubrik Ruhaniyat yang merupakan perenungan ruhani namun lebih bernuansa dakwah dan perjuangannya.

Semoga upaya kami ini bisa lebih meningkatkan semangat kedekatan kita semua kepada Allah swt. Kedekatan yang selalu membawa keteguhan saat kita harus mengarungi hidup dengan segala bentuk ujiannya.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi warahmatullahi wa barakatuh

Jakarta, 20 September 2004
Tarbawi Press

Cetakan VI, Maret 2006

IMG_20200330_113451

#bukuagama #tarbawi #tarbawipress #renungan

Read Full Post »

Tafsir Ibnu Katsir, surah Al-Inshirah ayat 5:

Dan termasuk di antara nasihat yang bersumber dari Imam Syafii disebutkan sebagai berikut: ……… Bersabarlah dengan kesabaran yang baik, maka alangkah dekatnya jalan kemudahan itu. Barang siapa yang merasa dirinya selalu berada dalam pengawasan Allah dalam semua urusan, niscaya ia akan selamat. Dan barang siapa yang membenarkan janji Allah, niscaya tidak akan tertimpa oleh musibah.

Dan barang siapa yang berharap kepada Allah, maka akan terjadilah seperti apa yang diharapkan. Ibnu Duraid mengatakan bahwa Abu Hatim As-Sijistani telah membacakan bait-bait syair berikut kepadanya, yaitu:

Bilamana hati dipenuhi oleh rasa putus asa, dan dada yang luas menjadi terasa sempit, dan hal-hal yang tidak disukai datang menimpa diri, serta banyak musibah yang dialaminya, sehingga ia tidak melihat adanya celah untuk melepaskan diri dari bahaya yang sedang menimpa diri, dan tiada gunanya lagi semua upaya untuk menanggulanginya.

Maka akan datanglah kepadamu pertolongan bila hatimu berserah diri kepada-Nya, yaitu pertolongan dari Tuhan Yang Mahalembut lagi Maha Memperkenankan doa. Semua musibah apabila telah mencapai puncaknya pasti berhubungan langsung dengan jalan keluarnya yang tidak lama. Penyair lainnya mengatakan dalam bait-bait syairnya:

Betapa banyak musibah yang menimpa diri seseorang hingga membuatnya terasa sempit, sedangkan di sisi Allah adajalan keluar darinya.

Bilamana musibah mencapai puncaknya, maka pastilah ada jalan keluarnya, padahal yang bersangkutan mengira tiada jalan keluar darinya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8). Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat.

Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan berharap kepada-Nya. Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadits yang telah disepakati kesahihannya, yaitu yang mengatakan: Tiada shalat di hadapan makanan, dan tiada shalat pula sedangkan yang bersangkutan menahan keinginan membuang kedua air (buang air kecil dan buang air besar). Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan: Apabila shalat diiqamahkan, sedangkan makan malam telah disediakan, maka mulailah dengan menyantap makan malam dahulu. Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa apabila kamu telah merampungkan urusan duniamu, lalu kamu berdiri untuk shalat, maka kerjakanlah salatmu dengan sungguh-sungguh dengan menghadap kepada Tuhanmu.

Dalam riwayat lain yang bersumber dari Qatadah disebutkan pula bahwa apabila berdiri untuk shalat, maka berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk keperluanmu. Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud, bahwa apabila engkau telah mengerjakan shalat-shalat fardumu, maka kerjakanlah qiyamul lail dengan sungguh-sungguh. Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Iyad hal yang semisal dengan pendapat Ibnu Mas’ud. Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna firman-Nya: kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8) Yakni sesudah engkau selesaikan salatmu, sedangkan engkau masih dalam keadaan duduk.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (AlamNasyrah: 7) Yaitu dalam berdoa. Zaid ibnu Aslam dan Adh-Dhahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai. (AlamNasyrah: 7) Maksudnya, dari melakukan jihad. kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Alam Nasyrah: 7) Yakni kerjakanlah ibadah dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 8) Ats-Tsauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah jadikanlah niatmu dan harapanmu hanya tertuju kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata. Demikianlah akhir tafsir surat Alam Nasyrah dengan memanjatkan puji dan syukur atas segala karunia-Nya.”
Bersabarlah Al-Inshirah 5 29Mar2020


#bersabarlah #alinshirah5 #sesudahkesulitan #musibah

Read Full Post »

Para ulama dan ustadz kita menganjurkan kita membaca Doa Nabi Yunus (Dzun Nun) pada saat kita dalam kesulitan seperti pandemi global yang saat ini kita alami. Hal ini juga berdasarkan hadits:

Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya. (HR. Tirmidzi no. 3505. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Mungkin dalam hati kita bertanya-tanya, kenapa doa ini begitu mujarab hingga begitu banyak ustadz menganjurkan doa ini, selain tentunya ada dalil yang shahih, padahal kalau kita lihat redaksi doanya tidak ada sedikitpun yang menyebutkan permohonan agar diselamatkan dari maribahaya? Seperti kita ketahui, dalam kisah Nabi Yunus ‘alaihissallam beliau berada dalam kegelapan di dalam perut ikan. Mengapa beliau tidak berdoa, misalnya: “Ya Allah, keluarkanlah diriku dari perut ikan ini. Engkau Mahakuasa.”?

Dari sini kita bisa mengambil hikmah tentang mengapa doa Nabi Yunus bin Matta ini menjadi mujarab karena Allah menolongnya mengeluarkan dari dalam perut ikan dalam keadaan lemah. Tidak hanya itu, Allah kemudian menumbuhkan pohon labu sebagai bahan makan bagi Nabi Yunus untuk kehidupannya, dengan ijin Allah. Tidak berhenti di sini saja karena Nabi Yunus akhirnya, atas ijin Allah, memiliki pengikut seratus ribu lebih umat yang beriman kepada Allah Taala. Begitu besar nikmat yang Allah karuniakan kepada Nabi Yunus setelah beliau dikeluarkan Allah dari dalam perut ikan.

Redaksi doa yang tidak spesifik memohon pertolongan Allah Taala ternyata mencakup tiga hal yang sangat pokok dan merupakan sebab terkabulnya doa beliau.

1.) Pengakuan tauhid. Redaksi doa ini mengutamakan tauhid terlebih dahulu “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau” dibandingkan yang lainnya. Tauhid dulu, tauhid lagi, tauhid terus. Dengan mentauhidkan Allah maka doa kita murni hanya semata ditujukan kepada Allah, bukan kepada lainnya, karena Dia-lah satu-satunya yang bisa menolong tiada dzat lainnya yang bisa menolong. Dalam situasi yang dihadapi beliau saat itu tidak ada yang lain lagi yang bisa menolong karena berada di dalam kegelapan perut ikan. Siapa yang bisa menolong kalau bukan Dzat yang mahaesa?
Situasi kita dalam pandemi ini, siapa lagi yang bisa menolong kita selain Allah Taala? Manusia yang paling cerdas dan pandai sekalipun tidak ada yang bisa mengangkat pandemi ini kecuali Allah Taala. Sejumlah usaha dilakukan manusia sebagai bentuk ikhtiyar namun yang benar-benar bisa mengangkatnya hanya Allah Azza Wa Jalla.

2.) Pengakuan kekurangan diri. Para ulama sudah menyampaikan kepada kita bahwa terjadinya suatu musibah tak lepas dari dosa-dosa kita juga. Untuk itulah perlu adanya pengakuan atas kekurangan diri karena pada dasarnya tidak ada manusia yang maksum, tanpa dosa. Kita semua punya dosa. Yang diperlukan adalah pengakuan dari kita bahwa kita sering berbuat dholim kepada diri kita sendiri. Pandemi ini bisa menjadi adzab atau rahmat bagi kita semua. Dengan pandemi ini Allah ingin kita benar-benar mengakui adanya dosa-dosa kita dan perlunya kita mentauhidkan Allah.

3.) Permohonan ampun pada Allah. Meskipun secara redaksi doa ini tidak ada kata-kata yang mencerminkan permohonan ampun, namun Allah sungguh mahatahu kesungguhan kita dalam mengakui kekurangan diri sehingga tanpa menyebutkannya Allah sudah tahu bahwa kita sedang minta ampun. Dari sini mensyaratkan bahwa kita memang harus sungguh-sungguh saat melafazkan doa ini. Ustadz Syafiq Riza Basalamah mengatakan bahwa saat melafazkan doa ini kita harus sungguh-sungguh menghayat sambil mengingat setiap doa dan maksiat yang pernah kita lakukan. Juga tentunya ada dosa-dosa kita yang tidak kita ketahui.

Mengapa Doa Nabi Yunus 29Mar2020

Pembelajaran

Dalam setiap kesulitan, apapun itu ternasuk pandemi global yang sedang kita alami, kita sudah diberi contoh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menggunakan doa dengan redaksi seperti yang pernah dilafazkan Nabi Yunus bin Matta. Bayangkan, selevel Rasulullah saja tinggal menggunakan doa yang di jaman dahulu kala sudah digunakan Nabi Yunus apalagi kita yang hanya manusia biasa? Kita tidak perlu kreatif membuat redaksi doanya karena sudah disediakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang diperlukan dari kita adalah keikhlasan, artinya doa ini kita lafazkan ditujukan hanya untuk Allah Azza wa Jalla (lillah) dan kita selalu mohon pertolongan dari Allah agar bisa secara istiqomah berdzikir dan berdoa kepadaNya (billah). Pada dasarnya ibadah perlu tiga hal: ditujukan secara sungguh-sungguh hanya untuk Allah (lillah), dengan cara yang disyariatkan oleh Allah (fillah) dan dengan pertolongan Allah (billah).
Semoga Allah selalu membimbing kita selalu istiqomah di jalan yang lurus. Aamiin.

#doanabiyunus #doa #dzunnun #pandemi #covid19

Read Full Post »

Ringkasan Kajian ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah

1.Ada yang disibukkan membaca berita Corona sampai lupa membaca Quran sebagai petunjuk hidup. Corona belum apa-apa, akan datang yang lebih buruk lagi. Sunatullahnya begitu sampai kelak Dajjal membuat kerusakan di muka bumi.

2.Insyaa Allah sebulan lagi Ramadhan. Rasulullah shallallahualaihi wa sallam banyak berpuasa di bulan Sya’ban.  Sahabat bertanya mengapa. Karena banyak yang melalaikan Sya’ban. Orang itu akan bertambah ilmunya jika punya lisan yang suka bertanya, yang memang ia perlukan dalam kehidupannya.

3.Bagi yang berniat umrah Ramadhan, tinggal di rumah bersama keluarga sudah mendapatkan pahala umrah Ramadhan yaitu seperti umrah dgn Rasulullah. Maasya Allah. Hikmah corona.

4.Bumi  ini milik Allah.  ‘… kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu QS Al-Hadid 23.  Bila Allah menghendaki “Kun” selesai Corona.

5.Membuat kita sadar dengan “nilai” dunia. | Harta berlimpah tidak bisa berbuat apa-apa melawan corona | Rasulullah tidur di tikar, sangat sederhana sementara Raja Persia dan lainnya hidup dengan kemewahan. Umar bin Khattab khawatirkan ini namun Rasul bersabda: Apa urusanku dengan dunia? Seperti singgah di bawah pohon kemudian pergi meninggalkan.

6.Kematian begitu dekat, sangat dekat bahkan lebih dekat dari tali sandal kita, selalu nempel pada kita. Setiap saat bisa mati. Setiap yang bernafas pasti mati.  Andaikan negatif corona apakah kita bisa tenang juga?

7.Kita diciptakan bukan untuk kehilangan rumah, istri, anak atau keluarga namun untuk  kehilangan semuanya. Baca QS Ar-Rahman 26-27. Semua yang ada di bumi akan binasa tetapi wajah Tuhanmu tetap kekal.

8.Nikmat sehat yang harusnya kita syukuri. Berapa kali dalam sehari kita bersyukur atas kesehatan? Lebih enak mana kekayan atau kesehatan? Kekayaan itu gak papa, gak tercela, asalkan buat orang yang bertakwa. Namun kesehatan itu kenikmatan yang lebih baik dari kekayaan.

9.Nikmat waktu luang itu lebih berharga dari gajimu. Berapa kali hari ini kau bershalawat? Mohon ampun kepada Allah? Bukankah ini saat yang tepat untuk melakukannya?

10.Kalau kita bersabar kita mendapatkan pahala syahid. Inilah saat terbaik kita mengembalikan hari-hari yang pergi tanpa manfaat. Ucapkan ‘Innalillahi waina ilaihi roji’un’ | Kita ini semua milik Allah dan kita akan kembali ke Allah.

11.Kisah wanita masuk surga yang memilih tidak didoakan Rasul atas penyakit ayan yang ia derita dan memilih bersabar.

12.‘Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengam-bil jalan bersama-sama Rasul”.  QS Al-Furqan:27.  Jangan hanya takut pada Corona, takutlah pada hilangnya agama!

13.Amar ma’ruf nahi munkar.  Adanya musibah karena dosa-dosa kita. Perlu saling ingatkan kebaikan dan tidak bermaksiat.

14.Perbanyak bertasbih dan lantunkan doa Nabi Yunus ‘Laa ilaha illaa anta subhanaka innii kuntu minad dzholimiin.’

Yang Indah Dibalik Corona 1 - SRB 27Mar20

Yang Indah Dibalik Corona 2 - SRB 27Mar20

#covid19 #corona #srb

 

Read Full Post »

JANGAN TERLEWATKAN DI WAKTU EMAS MUSTAJABNYA BERDO’A BA’DA ASHAR ( HARI JUM’AT ) …
DO’A-DO’A INSYAAALLAAH DIKABULKAN ….

🌌🌙

Ini ada doa yang Masyaa Allah luar biasa:

اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، وَمَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ مِمَّا سَأَلَكَ بِهِ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِمَّا تَعَوَّذَ بِهِ مُحَمَّدٌ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَمَا قَضَيْتَ لِيْ مِنْ قَضَاءٍ فَاجْعَلْ عَاقِبَتَهُ رُشْدًا.
(رواه الحاكم، وصححه الألباني)

Allohumma innii as aluka minal khoiri kullihi, ‘aajilihi wa aajilihi, maa ‘alimtu minhu wa maa lam a’lam, wa a’uudzu bika minasy syarri kullihi, ‘aajilihi wa aajilihi, wa maa ‘alimtu minhu wa maa lam a’lam, wa as alukal jannata wa maa qorroba ilaihaa min qoulin au ‘amalin, wa a’uudzu bika minannaari wa maa qorroba ilaihaa min qoulin au ‘amalin, wa as aluka mimmaa sa-alaka bihi muhammadun -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, wa a’uudzu bika mimmaa ta’awwadza bihi muhammadun -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, wa maa qodhoita lii min qodhoo-in faj’al ‘aaqibatahuu rusydaa.

Artinya:
“Ya Allah, aku meminta seluruh kebaikan, baik yang cepat maupun yang lambat, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui, dan aku berlindung dari seluruh keburukan, yang cepat maupun yang lambat, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui.

Dan aku meminta surga dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan atau perbuatan, dan aku berlindung dari neraka dan yang mendekatkan kepadanya dari perkataan atau perbuatan.

Dan aku meminta segala sesuatu yang diminta oleh Nabi Muhammad-shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan berlindung dari segala yang diminta perlindungannya oleh Nabi Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

Dan apapun yang Engkau takdirkan untukku, maka jadikanlah kebaikan pada akhirnya.”

(HR. Hakim dan di shahihkan Syeikh Albani)

Semoga kita semua bisa menghafal dan membacanya dimanapun juga. Aamiiin.

✍🏼 Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, Lc

Doa Bada Ashar - Jumat 27Mar20

#doa #dzikir #dzikirdandoa #jumat #doajumat #doabadaashar

Read Full Post »

Salah satu film yang saya tidak akan pernah lupa adalah The Cassandra Crossing, sebuah thriller bencana wabah penyakit. Dirilis bulan Desember tahun 1976, film ini disutradarai oleh George Pan Cosmatos dan dibintangi oleh Sophia Loren, Richard Harris, Ava Gardner, Martin Sheen, Burt Lancaster, Lee Strasberg dan OJ Simpson. Plotnya berkisah tentang teroris Swedia yang terinfeksi penyakit menular berusaha melarikan diri, menyelinap di dalam rangkaian kereta dari Geneva menuju Stockholm. Penasaran dengan detilnya saya tonton lagi hari ini, 43 tahun kemudian dari pertama kali saya nonton di Madiun Theater ketika masih remaja, tahun 1977.

81YKnHGMUvL._RI_

Film ini jadi relevan karena juga terkait wabah pneumonia, seperti halnya juga covid-19 yang kita alami sekarang meski dalam film tersebut tidak diuraikan secara detil selain menyerang pernafasan dan menyebabkan kematian. Plot dimulai dengan tiga teroris yang berusaha meledakkan misi Amerika Serikat di International Health Organization (sekarang WHO) di Geneva. Dua orang tertembak oleh pasukan keamanan dimana salah satunya mati sedangkan yang satunya dirawat dan menunjukkan gejala penyakit menular hingga akhirnya mati juga.

Teroris ketiga lolos dan berhasil naik kereta api jurusan Stockholm, dalam kondisi terinfeksi, bersama sekitar seribu penumpang lainnya. Plot cerita selanjutnya adalah bagaimana menangani penyebaran wabah yang dibawa oleh salah satu penumpang, si teroris yang tidak tahu bahwa dirinya terinfeksi. Di sini kita melihat ada pusat komando pencegahan wabah di kantor pusat IHO yang dikomandani oleh Kolonel Mackenzie didukung oleh Dr. Stradner seorang virolog. Dua orang ini mencoba mengendalikan kemungkinan wabah yang bisa disebarkan oleh semua penumpang kereta.

Yang menarik justru perbedaan pendapat dari dr. Stradner dimana kereta harus dihentikan sehingga penumpang dapat dikarantina, tetapi Kolonel Mackenzie khawatir tidak mampu menyediakan karantina untuk seribu orang. Mackenzie bersikeras untuk mengalihkan rute kereta ke jalur kereta api bekas menuju bekas kamp konsentrasi Nazi di Janov, Polandia di mana para penumpang akan dikarantina. Namun, jalur ini akan melintasi jembatan lengkung baja berbahaya yang dikenal sebagai “Cassandra Crossing”, yang sebenarnya sudah tidak digunakan sejak 1948. Mackenzie tahu jembatan itu bisa runtuh ketika kereta melewatinya. Namun dia bersikeras bahkan berkata bohong kepada dr. Chamberlain yang berada diantara penumpang kereta, melalui komunikasi radio, bahwa pemerintah Polandia telah merenovasi jembatan tersebut. Diantara penumpang tentu juga pasti ada yang tahu bahwa jembatan tersebut sudah punah atau bilapun masih ada pasti sudah sangat rapuh dan tak layak digunakan.

Pada dasarnya film ini mengisahkan tiga karakter yaitu MacKenzie yang misinya mencegah penyakit agar tidak mewabah dengan cara apapun bahkan bila harus mematikan seribu penumpang kereta sekalipun. Untuk menjalankan misinya ini ia harus membuat cover story dengan alasan agar tidak terjadi kepanikan, misalnya pada awal pengumuman via radio ke seluruh penumpang kereta ia mengatakan bahwa pemindahan jalur ke Janov harus dilakukan karena ancaman bom di jalur menuju Stockholm. Namun pada akhirnya, setelah banyak penumpang kereta yang sakit karena terinfeksi, ia harus mengatakan bahwa ada penyakit menular di dalam kereta. Sementara itu dr. Stradner misinya justru menyelamatkan semua penumpang kereta dengan cara memberhentikan kereta dan semuanya dikarantina sampai sembuh. Karena yang pegang komando MacKenzie, pendapat dr. Stradner tidak di gubris.

Sementara itu penumpang kereta juga tidak bisa tinggal diam mengingat mereka tahu bahwa mereka semua akan mati karena melewati jembatan rapuh. Akhirnya penumpang berupaya sekuat tenaga menghentikan kereta dengan terpaksa harus mengorbankan separo rangkaian kereta yang depan termasuk lokomotif dengan memutus rangkaiannya.

Film ini merupakan pembelajaran leadership yang tidak baik dalam penyakit menular. Kepemimpinan Mackenzie yang berupaya mencegah terjadinya wabah penyakit dengan cara apapun dihadang oleh Stradner yang memperjuangkan kemanusiaan tanpa melupakan aspek kemanusiaan. Pada akhirnya memang MacKenzie yang memutuskan karena dia sebagai Chief meskipun dia harus banyak membuat cover story alias cerita bohong dengan dalih “agar penumpang tidak panik”. Kebohongan-kebohongan MacKenzie ini akhirnya juga menimbulkan masalah baru karena ia harus berbohong lagi kepada atasannya bahwa terjadi kecelakaan fatal sehingga tak ada satupun penumpang yang selamat.

Pada kenyataannya, separuh penumpang selamat sedangkan yang mati mayatnya mengapung di sungai di bawah jembatan. Artinya, baik yang masih selamat maupun yang sudah menjadi mayat mengapung di sungai masih belum ada jaminan mereka terbebas dari penyakit wabah meskipun beberapa orang yang tadinya terinfeksi ternyata bisa sembuh. Ini semua akibat seorang leader, MacKenzie, mengabaikan masukan-masukan dari ahlinya yaitu dr. Stradner. Bila ia menerima gagasan Stradner, kereta bisa dihentikan di sebuah stasiun, penumpang dikarantina, para dokter dan perawat dikerahkan untuk penyembuhan secara menyeluruh hingga pasti seribu orang sembuh total. Untuk mensukseskan misi pribadinya, mungkin untuk karir pribadi, ia melakukan banyak kebohongan-kebohongan ke penumpang kereta. Artinya, penanganan yang tidak transparan menyebabkan chaos yang justru menciptakan masalah baru.

Semoga penanganan covid-19 di negeri kita tidak seperti MacKenzie di film The Cassandra Crossing sehingga bangsa ini benar-benar bisa melawan virus ini hingga mata-rantai penyebarannya terhenti. Aamiin Ya Rabbb …. Berdoa terus dan berihtiyar terus, #dirumahaja.

GW 24/03/2020

Read Full Post »

Karena ada teman FB, pakdok Harry Iskandar, yang menanyakan pengalaman bersepeda di Jakarta, saya kemudian mencoba membaca arsip-arsip tulisan saya terkait kisah perjalanan bersepeda ke tempat kerja, bike to work, yang saya mulai sejak November 2006. Sebenarnya saya sudah lama suka sepeda karena sejak kecil hingga tamat SLA di Madiun saya selalu bersepeda, sepeda jengki Forever warna hijau tentara. Saat kuliah di Bandung pun mulai tahun kedua hingga lulus, saya juga menggunakan sepeda sebagai moda transport utama saya. Bahkan setelah ujian semester yang berakhir 24 Desember 1983, esok harinya saya mancal pedal sepeda dari kos-kosan saya di Kubangsari, Sekeloa, Bandung menuju rumah ibu saya di Tebet, Jakarta via Puncak. Itu pertama kali saya rasakan nikmatnya mandal jarak jauh. Puas.

90522058_10158186054348809_168315636571701248_o

Bersepeda di Jakarta saya mulai ketika tahun 2006 saya ada proyek di kantor pusat Indosat. Salah seorang temen saya satu proyek, Ivan Gunawan, sekali waktu bersepeda dari rumahnya ke Indosat. Saya langsung tertarik dan dia menawarkan bahwa di milis B2W ada yang jual sepeda bekas Polygon Premier. Hari Sabtu di awal November, saya diantar bro Ivan ke penjual. Singkat kata ‘deal’ dengan Rp. 700 ribu. Langsung seketika saya pakai gowes muter-muter Jakarta sejauh 50 KM hingga sampai rumah kembali. Puas karena udah lama sekali gak gowes. Esoknya saya tepar, kedua lutut rasanya mau copot …. gimana gak, lha wong sudah lebih dari 10 tahun gak gowes lagi. Tapi Alhamdulillah , hanya beberapa hari saja sakit di dengkul, setelah itu hajar bleh saya bersepeda rutin dari rumah ke Indosat pergi pulang, atau 2 x 16 KM sehari kalau tidak mampir kemana-mana.

Dari yang tadinya sepekan hanya dua kali akhirnya ketagihan, saya gowes sepeda saya hampir tiap hari kecuali bila pagi hari hujan. Dengan bike to work saya bisa mendapatkan dua hal: menuju ke tempat kerja dan sekaligus berolahraga. Kelihatan jadi ngirit waktu bukan? Olah raga sambil memindahan posisi fisik dari rumah ke kantor. Yang saya maksud tempat kerja ini tak harus kantor karena profesi saya konsultan. Ini juga mencakup ke tempat pertemuan dengan klien di sebuah kafe atau mall, atau ke kantor nya klien. Karena seringnya melakukan ini saya jadi tahu mal-mall mana yang sepeda-friendly (ada tempat parkir sepeda, satpamnya tidak ribet, dll.) sehingga saya tahu bagaimana bisa menyiasatinya. Ngirit waktu ini saya rasakan sekali karena saya pernah ikut gym / fitness dimana saya juga harus tetap mandi, ganti baju dan sebagainya. Sementara kalau bersepeda, sudah olahraga terlebih dulu sambil menjalani transport, baru kemudian mandi. Segar!

Masalah baru muncul ketika Ramadhan karena saya tidak mau gowes di saat berangkatnya. Akhirnya terpikir punya sepeda lipat untuk menyiasati agar bisa tetap gowes. Pagi dilipet saat berangkat ke tempat kerja, pulangnya dipancal. Mantab.

Ternyata, menggunakan sepeda sebagai moda transport yang utama memberi saya keuntungan yang lain yaitu: freedom. Ya, dengan bersepeda saya bebas mau kemana saja tanpa memikirkan 3-in-1 atau sekarang istilahnya ganjil-genap. Tak hanya itu, saya bisa berhenti dimana saja saya mau karena dengan modal kunci gembok rantai, sudah bisa parkir asalkan ada tiang, bila tak ada parkir sepeda. Di Indosat awalnya tidak ada parkir sepeda, saya parkir di tempat motor. Namun, setelah setahun saya rutin gowes, ada juga yang gowes karyawan Indosat sehingga akhirnya dibuatkan parkir khusus sepeda lengkap dengan shelter nya. Alhamdulillah.

Tahun lalu saya ada telpon dari calon klien baru yang lokasinya saya belum pernah jelajahi di sekitar Pulo Gadung. Saya semangat sekali merespon telpon nya karena kalaupun saya diajak meeting, saya akan jabani dengan bersepeda. Bener aja, ternyata diajak meeting di kantornya yang jaraknya lumayan dari rumah saya, 22 kilometer. Seringkali ketika diajak meeting otak saya mikirnya langsung cari google maps lokasinya dimana, berapa jauh, mesjid terdekat dari situ dimana (buat mandi biar wangi) dan ada tidaknya parkir sepeda. Proyeknya apa, gak penting, yang penting gowesnya puas … ha ha ha …. Tapi Alhamdulillah, akhirnya yang di Pulo Gadung itu jadi klien sehingga saya bisa bolak-balik gowes ke Pulo Gadung. Padahal saya sebelumnya jarang menjelajahi daerah sini.

Pernah juga dapet klien di Kali Malang yang sudah dekat dengan Bekasi, jaraknya juga asik: 26 kilometer menurut google maps. Pokonya kalau dapat klien yang jarak tempuhnya di atas 20 km saya seneng banget. Semoga saya dapat klien yang di Tanjung Priok karena belum pernah gowes rutin ke sono. Pernah sih gowes ke Tanjung Priok dan Ancol tapi bukan dalam kaitan kerja, buat silaturahim ke kerabat dan mampir plesir ke Ancol….he he he …

Yang juga asik saat dapat klien di Pantai Indah Kapuk (PIK). Tentu, saya semangat karena jelas jaraknya jauh dan saya belum pernah ke sana bersepeda. Yang paling seru adalah ketika menyusuri kali dan tembus ke Daan Mogot yang macetnya bukan main. Kadang saya pake JPO bila padet sekali. Menjelajahi daerah-daerah yang jarang saya temui dengan bersepeda itu kenikmatan luar biasa yang hanya bisa dinikmati ketika mancal pedal. Ora ngoyo …gowes santai saja. Pulangnya pernah hujan deras dan berteduh di masjid sekitar Daan Mogot karena lupa gak bawa jas hujan ….he he he …

Di saat luang, saya gunakan menjelajahi daerah-daerah di Jakarta dan sekitarnya yang saya belum pernah kunjungi, misalnya Taman Mangrove di Muara Angke yang tak jauh dari PIK. Dari rumah saya sudah siapkan perlengkapan kerja, bawa laptop dan baju ganti. Dari google maps sudah saya lihat dulu nanti bakalan ngopi dimana sambil buka laptop. Asik banget gowes ke Taman Mangrove dan masuk di dalamnya menikmati sajian wisata. Ketika panas, cari kafe buat ngopi, sambil buka laptop. Ketika agak mendung saya lanjut ke Danau Sunter, shalat Asar di masjid Ramlie yang kesohor itu. Pokoknya puas dah menjelajahi Jakarta dengan gowes …

Menjawab pertanyaan teman saya, pakdok Harry Iskandar, jarak tempuh gowes saya sangat bervariasi. Saat dulu di tahun 2010 klien saya di Pasar Baru lokasi kantornya, ya jaraknya 22 KM, total 44 KM. Sebenernya ini gak terlalu jauh karena ada temen gowes saya yang punya semboyan ‘gak pulang ke rumah sebelum 100 km’. Edhun. Saya mah gak mentargetkan begitu. Bila klien saya kantor sekitar Jaksel ya paling sekitar 2×10 km saja jaraknya. Beberapa bulan ini jarak tempuh sekitar 15-17 km sekali jalan. Tapi bukan jarak yang penting; kenikmatan mancal pedal sepeda selama perjalanan itu lho yang tiada duanya … he he he …

Ya, sepeda sangat bagus digunakan sebagai moda transport utama. Bahkan, saya hampir selalu gowes full tanpa dicampur moda lain meski saya pake sepeda lipat. Salam gowes!

Read Full Post »

Older Posts »