Saat seperti ini bukanlah mudah bagi siapapun meski bagi sebagian orang ada juga yang menangguk keuntungan rupiah luar biasa, termasuk penjual masker — barang yang tiba-tiba menjadi trending dan langsung raib dari pasar. Andaikan ada yang menawarkan, yang dulunga per box isinya 50 pcs masker seharga Rp. 100 ribu, sekarang harganya paling murah Rp. 350 ribu (hanya 20 pcs alias Rp. 875 ribu per 50 pcs!!) dan itu belum jaminan barang akan dikirim. Sekurangnya, itulah yang dialami istri saya, tiba-tiba pelapak online itu ‘membatalkan’ pesanan yang tadinya sudah deal dan bahkan sudah dibayar. Luar biasa. Mungkin setelah itu ada yang berani membayar lebih tinggi? Wallahua’lam. Masih ada yang berenang di atas kesulitan orang lain. Semoga Allah Taala memberi hidayah kepada pelapak yang seperti ini.
Bosan? Wajar, karena berhari-hari bahkan sudah dua pekan lebih kita berada di dalam rumah terus menerus. Lagian, siapa sih yang pengen setiap hari hanya di rumah saja tanpa kegiatan keluar sedangkan kita ini pada dasarnya makhluk sosial, ada kalanya kita bertemu dengan teman dan kerabat untuk sekedar ngupi-ngupi atau ngobrol santai? Namun, sebagai manusia yang berakal dan apalagi beriman, jangan biarkan rasa bosan menguasai kita justru kita harus menundukkannya. Bagaimana caranya agar kita bisa mengatasi atau bahkan mencegah kebosanan itu? Berikut ini adalah tips yang saya rasa berguna kita praktekkan, saya rangkum dari beberapa pembelajaran baik secara online maupun referensi buku-buku agama maupun buku-buku self-improvement. Tak hanya itu, pembelajaran tersebut sudah saya praktekkan dan Alhamdulillah ‘It works ….’
1.) The Power of Acceptance
Dalam literatur manajemen dan kepemimpinan istilah ini tak asing lagi yaitu suatu keadaan pada diri kita yang ‘mengakui’ adanya suatu kondisi tertentu yang sedang terjadi atau bahkan antisipasi terhadap kondisi yang mungkin terjadi. Dalam manajemen perubahan, misalnya pakar seperti John Kotter, menekankan perlunya kita ini mengakui tentang terjadinya suatu perubahan misalnya saat dia menulis karyanya bertajuk “The Iceberg is Melting” dimana untuk mengakui suatu keadaan yang sedang terjadi kadang ada saja pihak yang belum mau mengakuinya. Justru kita harus seketika mengakui apa yang terjadi ini sebagai “It is happening now …” atau “It has been happening …” dan kita bersegera menyusun langkah mitigasinya bagaimana. Tanpa pengakuan ini akan sulit kita melangkah ke hari depan karena yang ada hanya keluh kesah tanpa ujung. Gak ada manfaatnya blas bro!
Sebagai manusia beriman kita harus yakin bahwa pandemi ini tak akan bisa terjadi tanpa adanya ijin Allah, biidznillah. Kita harus yakin bahwa ini ketetapan ALlah yang sudah pasti dan kita harus meyakininya. Sedangkan apapun yang merupakan ketetapan Allah bagi manusia yang beriman tentu ini adalah yang “terbaik” bagi umatNya meski kelihatannya bagi kita sebagai manusia merupakan keburukan. Sebagai orang beriman kita harus yakin bahwa semua yang merupakan ketetapan Allah sudah pasti merupakan kebaikan. Kalaupun kita belum mampu melihat kebaikan itu dalam bentuk apa, Allah Taala tahu sekali karena Dia tahu apa yang terjadi sebelumnya maupun apa yang akan terjadi (hal ghaib) yang akan terjadi di depan kita. Pada tahap ini yang diperlukan dari kita hanya ‘pengakuan’ bahwa ini merupakan ketetapan Allah. Hal ini harus kita resapi dengan benar, tidak boleh setengah-setengah. Tanpa sedikit ragu.
2.) First Thing First
Tentu kita paham banget sama nasehat Steven Covey dalam “7 Habits of Highly Effective People” bahwa kita harus memprioritaskan hal-hal yang sangat penting terlebih dulu ketimbang hal lainnya. Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri menasehati kita agar kita mengatasi masalah saat ini dengan ‘menuntut ilmu’ (thalabul ilmi) sebagai hal paling penting harus kita lakukan sebelum yang lainnya. Sebagi orang beriman, kita paham bahwa ilmu Allah itu begitu luas dan dalam sehingga bila seluruh pohon yang ada di dunia ini dijadikan pena takkan bisa menulis ilmu Allah karena begitu besar dan luasnya serta tak kan ada habisnya.
Thalabul ilmi ini menjadi penting sekali karena dengan ilmu lah kita bisa menghadapi semua musibah ini dengan tenang dan hati yang lapang. Anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah tentunya bukan menjadi halangan kita menuntut ilmu syarii melalui saluran online. Alhamdulillah juga sudah begitu banyak asatidz,para ustadz yang memberikan kajian online bahkan hampir tiap hari termasuk usstadz Muhammad Nuzul Dzikri, ustadz Firanda Andirja, ustadz Syafiq Riza Basalamah dan masih banyak lainnya. Silakan browsing di youtube atau facebook, begitu banyak kajian LIVE yang dilakukan oleh para ustadz tersebut. Jangan lupa, catat setiap hal penting yang beliau-beliau sampaikan.
Awalnya mungkin Anda akan berpikir kok jawabannya menuntut ilmu pada saat kita mengatasi kebosanan terkait #dirumahaja? Coba kita renungkan lebih dalam atau langsung saja praktekkan dengan menuntut ilmu baik secara online maupun dengan membaca. Hampir bisa dipastikan kita akan mendapatkan hikmah luar biasa dari kejadian pandemi global ini. Coba tengok rak buku Anda dan ambil Al Quran yang boleh jadi selama ini jarang dibuka. Bukalah secara acak halaman mana saja kemudian baca dan resapi maknanya, kalau perlu baca tafsirnya. Hampir bisa dipastikan Anda akan mendapatkan hikmah luar biasa dari satu atau beberapa ayat yang Anda baca. Masih ingat kisah yang disampaikan seorang mahasiswa FISIP UI tentang seoarang yang mau bunuh diri kemudian oleh ustadz diminta buka Quran halaman berapa saja lalu baca isinya satu atau beberapa ayat saja dan renungkan? Kalau lupa, silakan klik di Kisah dari Mushalla FISIP UI. Al Quran adalah satu-stunya kitab tanpa ada keraguan isinya karena isinya firman Allah Taala dan Dia akan menjaga kemurniannya hingga akhir jalan. Cobalah buka dan cari hikmahnya. Salah satu ayat yang diberikan contohnya oleh ustadz Nuzul Dzikri adalah An Nisa ayat 28: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” Dari satu ayat ini saja kita bisa memahami betapa kita ini lemah, tak bisa berbuat apa-apa.
Dan tentu, akan banyak sekali hikmah yang Anda bisa petik dari membuka Al Quran.
3.) Energy Management
Bahasa sederhananya sih ini sebenernya ‘time management’ namun sudah dikritisi oleh banyak kalangan karena yang kita butuhkan sekarang adalah ‘energy management’ sehingga fokus pada hal-hal yang pokok akan membuat kita semakin yakin bahwa kita melakukan yang benar sehingga time management berjalan dengan sendirinya karena fokus yang benar. Kita harus memfokuskan energi kita kepada hal yang benar-benar penting sepeti pada poin 2 di atas. Artinya, bila kita harus memprioritaskan mana yang penting dan kita sepakat bahwa fokus pada Al Quran dan Hadits selanjutnya amalan apa yang musti kita lakukan agar kita tidak bosan selama #dirumahaja ini?
a.) Selain baca Al Quran lengkapi dengan buku-buku yang memfokuskan kepada penguatan akidah kita agar kita bisa memurnikan keikhlasan kita untuk beribadah hanya kepada Allah Taala. Ikuti kajian-kajian terkait tauhid yang banyak tersedia di youtube oleh ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, uatdz Firanda Andirja, ustadz Sofyan Chalid, ustadz Azhar Chalid Bin Seff, ustadz Wasitho, ustadz Ruslan Nurhadi dan masih banyak lainnya. Banyak juga saluran TV syarii yang tersedia di youtube.
b.) Lengkapi shalat fardhu dengan shalat rawatib secara tertib, ikuti semua dan jalankan sunnah-sunnah yang ada agar tidak bosan. Jangan lupa dengan dzikir setelah shalat fardhu.
c.) Selalu melakukan Dzikir Pagi Petang sesuai sunnah seperti yang disusun oleh Syaikh Said bin Qahthani melalui kumpulan dzikir dan doa yang shahih / hasan dalam bukunya “Hishnul Muslim”. Untuk memperdalami maknanya, silakan ikut kajian youtube “Dzikir Pagi & Petang” oleh Ustadz Abdullah Zaen. Maasya Allah kajian ini bagus sekali dan membuat kita semangat untuk menjalankan dzikir pagi dan sore hari.
d.) Sesuai anjuran dari ulama dan para ustadz dalam setiap doa kita jangan pernah lewatkan Doa Nabi Yunus bin Matta (Dzun Nun) “Laa ilahaa illa anta subhannaka inni kuntu minnadzholimiin”.
e.) Jangan lupa olahraga misalnya dengan senam ringan agar kita selalu bugar.
f.) Salah satu dari 10 Wasiat menghadapi wabah adalah dengan mendirikan shalat di sepertiga malam terakhir. Nah, bagi yang belum biasa tentunya sulit. namun segala hal yang sulit akan dimudahkan Allah bila kita memohon dengan hati yang ikhlas agar dibangunkan pada sepertiga akhir malam. Insyaa Allah bisa.
Saya yakin andaikan kita konsisten melakukan tiga hal pokok ini insyaa Allah tidak ada kebosanan sama sekali dalam menjalani #dirumahaja bahkan akan terasa bahwa ternyata waktu berjalan begitu cepat yang tadinya pagi hari, tahu-tahu sudah sore bahkan malam hari.
#dirumahaja #bosan #janganbosan #tipsjanganbosan #hikmah #caraagartidakbosan