Alhamdulillah …akhirnya tadi malam saya khatam membaca novel sejarah nan DAHZYAT ini meski tebalnya 500 halaman lebih. Bisa jadi ini prestasi bagi saya bisa menyelesaikan baca buku setebal ini dalam waktu relatif singkat. Tulisan ini saya coba lakukan bukan dengan tujuan melakukan resensi, tapi lebih kepada curhat terhadap isi dari kisah sejarah yang sangat mengagumkan ini. Mengapa saya katakan curhat, karena yang saya torehkan dalam tulisan sederhana ini lebih fokus kepada apa yang saya rasakan ketika membaca novel sejarah ini. Pada saat menulis ini saya tak lagi melihat bukunya dan tak kan bisa menguraikan secara tepat baik nama maupun halaman berapa sebuah kisah diuraikan di buku ini. Mari kta mulai … Bismillah.
(1) Kesan awal membaca novel ini teringat ketika saya terpikat dengan karya pertama dari penulis yang sama yakni Ayat Ayat Cinta sehingga saya berpikir bahwa kejadian dia Bab Satu melibatkan pemuda bernama Fahmi tadinya saya pikir sebagai pelaku utama sedangkan di uraian ringkas terkait buku ini tak pernah disebut nama Fahmi. Saya baru menyedari di bab2 selanjutnya dimana ternyata kisah sejarah ini dituturkan oleh orang lain, yakni Hamza, yang merupakan sahabat dekat Fahmi pada saat mereka melancong ke Turki di saat liburan dari sekolah mereka di Madinah. Sebuah plot cerita yang menarik.
(2.) Tokoh sentral dari novel ini justru seorang bernama Badiuzzaman Said Nursi (BSN) yang merupakan ulama besar dari Kurdistan, Turki. Penggambaran mengenai asal-usul BSN digambarkan secara jelas pada bab-bab awal dari novel ini dan semuanya sangat menarik untuk dibaca. Rasanya, sulit untuk meninggalkan kalimat demi kalimat yang tertoreh di novel ini. BSN memang seorang yang dilahirkan dengan kepandaian khusus yang diberikan Allah SWT. Masya Allah masih usia muda sekitar 15 tahun BSN ini sudah membaca 80 kitab dan tak hanya itu, ia juga menghafalnya dengan baik. Pada usia muda juga ia sudah bisa berdebat dengan ulama-ulama besar dan selalu menang dalam perdebatan. Kecintaannya kepada Islam sudah mendarah daging bahkan sejak ia masih berusia kanak-kanak. Ia begitu semangat belajar dari madrasah satu ke lainnya bahkan berpindah-pindah tempat serta guru. Di beberapa daerah bahkan ilmunya melebihi dari ilmu gurunya.
(3.) BSN menerapkan amar ma’ruf nahi munkar secara konsisten karena biasanya paling sulit justru nahi munkar yakni menyikapi dan bertindak pada kemunkaran. Salah satu contohnya ia berani mendatangi seorang penguasa (bernama … Pasya) yang suka berfoya-foya dan minum khamr. BSN berani mendatangi Pasya dan memberinya peringatan di markasnya yang dijaga ketat oleh pengawal. Peringatan tersebut berupa ajakan untuk shalat dan mematuhi semua perintah Allah serta menjauhi larangannya. Tentu Pasya tersinggung dengan ajakan ini bahkan menantang bila ia tak mau menerima ajakan BSN memang kenapa? dengan lantang BSN mengatakan: “Saya akan bunuh kamu”. Padahal BSN adalah anak muda tanpa pengawal sedangkan Pasya adalah penguasa dengan banyak pengawal. Ini jelas merupakan keberanian luar biasa dari seorang BSN.
(4.) Pada suatu ketika seorang gubernur tidak suka dengan BSN karena keberadaannya sangat membahayakan pemerintah sehingga ia harus diasingkan ke daerah lain. BSN dikawal oleh dua orang polisi menuju daerah lain dengan membawa surat tugas kepada gubernur di daerah lain yang dituju. Selama perjalanan yang jauh, BSN diikat borgol tangannya oleh dua orang polis tersebut. Pada saat masuk waktu shalat, BSN memohon kepada dua orang polisi tersebut agar borgolnya dilepas karena ia akan mendirikan shalat. Dua orang polisi tersebut tidak setuju. BSN nekat dan tetap mendirikan shalat. Borgol yang lepas jelas bukan karena dilepas oleh dua orang polisi tersebut namun Allah menolong BSN dan sampai sekarang tak diketahui bagaimana borgol bisa lepas dan BSN bisa dengan mudah mendirikan shalat. Ini merupakan pelajaran yang baik bagi kita semua bahwa Allah SWT tentu akan memudahkan jalan bagi umatNya yang berkeinginan keras menjalankan ibadah secara istiqomah. Masya Allah …! Bahkan polisi yang tadinya begitu takut bila BSN melarikan diri akhirnya percaya sepenuhnya bahwa BSN tak akan melarikan diri dan akhirnya juga ikut shalat menjadi makmum dari BSN.
(5.) Pada saat sampai di gubernur yang menjadi tujuan perjalanan, ternyata dua orang polisi tersebut, yang tadinya patuh kepada gubernur yang mengirim BSN, malah sekarang berbalik menjadi pengikut setia BSN.
(6.) Pada saat tinggal di rumah gubernur yang dituju, BSN justru memilih tinggal di rumah gubernur sebagai tamu karena di rumah tersebut banyak sekali koleksi buku adan kitab. Hari demi hari BSN banyak menghabiskan waktu dengan membaca di perpustakaan gubernur ini. Bahkan, selama beberapa tahun tinggal di rumah gubernur ini, BSN tak pernah memandang wajah enam putri gubernur yang cantik-cantik semuanya. Gubernur bahkan menawarkan kepada BSN untuk memilih satu diantara enam putrinya dijadikan istrinya. BSN menolak halus karena ia ingin konsentrasi menuntut ilmu. Masya Allah.
(7,) Dalam novel ini juga dijelaskan sejarah lahirnya zionisme di tanah Turki melalui seorang pemikir strategi yang ulet dan licin yakni Theodore Herzl. Ia begitu persisten membuat konsep zionisme dengan menyatukan semua yahudi di seluruh dunia ke suatu tanah di Palestina yang awalnya tak diberi oleh kalifah Utsmani di bawah Sultan Abdul Hamid 2. Meski berkali-kali mengalam penolakan, Herzl ini tak pernah putus asa untuk bolak-balik menemui sultan hingga akhirnya Turki mengalami krisis keuangan. Sebuah kisah yang tragis dalam peradaban Islam.
(8.) Meski substansinya beda, kita harus memeiliki persistensi yang dimiliki Theodore Herzl. Tentu saja yang kita perjuangkan adalah melindungi agama Allah dan meninggikan kalimatullah, bukan membangun kebencian dan zionisme. Islam jelas menentang zionisme karena Islam datang menghapus perbudakan; apalagi zionisme.
—- Ulasan versi GoodReads —-
Ini adalah novel roman dan sejarah. Novel roman yang bercerita seputar perjuangan anak muda asal Lumajang, Jawa Timur, yang bernama Fahmi. Ia dan beberapa rekannya seperti Ali, Hamza, dan Subki, menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah.
Dalam perjalanannya, Fahmi harus menghadapi situasi yang cukup pelik, dalam urusan rumah tangga. Fahmi pun galau. Semua persoalan yang dialaminya itu, tak pernah ia ungkapkan dengan teman-temannya.
Kegalauannya itu ia tumpahkan dengan cara beri’tikaf di Masjid Nabawi, Madinah, selama 40 hari untuk mengkhatamkan hafalan Al-Qur`an sebanyak 40 kali. Sayangnya, upayanya itu hanya mampu dijalani selama 12 hari. Memasuki hari-hari berikutnya, Fahmi pingsan. Ia tak sadarkan diri, hingga harus dibawa ke rumah sakit.
Sahabat-sahabatnya khawatir dengan kondisinya yang pemurung dan tidak seceria dulu. Hamza, temannya yang berasal dari Turki, mengajak Fahmi untuk berlibur ke Turki. Hamza berharap, Fahmi bisa melupakan masa-masa galaunya selama di Turki nanti.
Untuk itulah, Hamza mengajak Fahmi menelusuri jejak perjuangan Said Nursi, seorang ulama besar asal Desa Nurs. Ulama terkemuka ini, dikenal memiliki reputasi yang mengagumkan.
Syaikh Said Nursi, sudah mampu menghafal 80 kitab karya ulama klasik pada saat usianya baru menginjak 15 tahun. Tak hanya itu, Said Nursi hanya membutuhkan waktu dua hari untuk menghafal Al-Qur`an. Sungguh mengagumkan. Karena kemampuannya itu, sang guru, Muhammed Emin Efendi memberinya julukan ‘Badiuzzaman’ (Keajaiban Zaman).
Keistimewaan Said Nursi, membuat iri teman-teman dan saudaranya. Ia pun dimusuhi. Namun, Said Nursi pantang menyerah. Semua diladeni dengan berani dan lapang dada. Tak cuma itu, rekan-rekan dan saudara-saudaranya yang iri dan cemburu akan kemampuannya, para ulama besar pun merasa terancam. Keberadaan Said Nursi membuat umat berpaling. Mereka mengidolakan Said Nursi.
Pemerintah Turki pun merasa khawatir. Sebab, Said Nursi selalu mampu menghadapi tantangan dari orang-orang yang memusuhinya. Ia selalu mengalahkan mereka dalam berdebat.
Tak kurang akal, pejabat pemerintah pun diam-diam berusaha menyingkirkannya. Baik dengan cara mengusirnya ke daerah terpencil, maupun memenjarakannya. Ia pun harus berhadapan dengan Sultan Hamid II hingga Mustafa Kemal Attaturk, pada masa awal Perang Dunia I.
Selama 25 tahun berada di penjara, Said Nursi bukannya bersedih, ia malah bangga. Karena disitulah, ia menemukan cahaya abadi ilahi. Ia menemukan Api Tauhid. Dan melalui pengajian-pengajian yang diajarkannya, baik di masjid maupun di penjara, murid-muridnya selalu menyebarluaskannya kepada khalayak. Baik dengan cara menulis ulang pesan-pesan Said Nursi, maupun memperbanyak risalah dakwahnya. Murid-muridnya berhasil merangkum pesan dakwah Said Nursi itu dengan judul Risalah Nur. Murid-muridnya tidak ingin, Api Tauhid yang dikobarkan Said Nursi berakhir.
Bagaimana dengan Fahmi? Perjalanan ke Turki membawa Fahmi berkenalan dengan gadis setempat, Emel, adik Hamza, dan Aysel, saudara sepupu Hamza. Kemampuan Fahmi dalam menyikapi segala sesuatu, membuat Aysel jatuh hati. Aysel menyatakan cintanya pada Fahmi.
Bagaimana dengan Emel? Lalu bagaimana kisah cinta Fahmi dengan Nuzula? Semuanya ada dalam buku Api Tauhid, karya Habiburrahman El-Shirazy, novelis nomor satu di Indonesia, ini. (less)
Read Full Post »