Dari majelis taklim yang saya ikuti beberapa hari lalu di masjid Nurul Ikhlas, ustadz mengatakan perlu adanya perubahan pola pikir dari ibadah adalah kewajiban menjadi ibadah adalah kenikmatan. Ini memang bukan hal yang mudah mengingat masih ada sebagian dari kita yang memiliki sikap instan dalam banyak hal, misalnya ia baru bisa percaya bahwa sesuatu itu nikmat bila sudah ada buktinya, “seeing is believing“. Dari pola pikir ini kemudian lahirlah sikap instan yang maunya mendapatkan hasil segera setelah berusaha bahkan bila perlu tanpa bekerja tapi ada hasil yang nyata. Ini jelas tentu tak bisa terjadi dalam kaitannya dengan ibadah karena hidup kita di dunia ini merupakan ajang mengatasi cobaan dan ujian dari Allah SWT dan dilanjut dengan kehidupan di alam barzakh(kubur) dan akhirnya ke akhirat. Setalh dari dunia ini sudah tak ada artinya lagi ibadah karena di alam barzakh tak ada lagi ibadah.
Bila ditanya, setiap orang tak ada yang menolak untuk masuk surga. Tapi mengapa orang masih ada yang enggan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya? Padahal sudah jelas ciri-ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang percaya kepada hal yang ghaib, mendirikan shalat, menginfakkan sebagian rizqinya di jalan Allah, dan mempercayai akan adanya hari akhir.
Sedangkan Allah telah berfirman di Al Baqarah ayat 25:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
Jelas dan tegas bahwa bagi mereka yang beriman dan berbuat baik akan mendapatkan ganjaran surga. Gambaran surga pun telah secara gamblang diuraikan di dalam ayat tersebut. Mungkin orang banyak mengira bahwa ganjaran surga ternyata juga bisa kita peroleh seperti saat di dunia, kenapa musti kerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang sudah didapatkan di dunia. Kalau ini permasalahannya, berarti ada kesalahan dalam memaknai keindahan surga. Padahal, Dr. Amir Faisol Fath dalam salah satu majelis taklimnya di Indosat beberapa tahun lalu mengatakan bahwa dunia ini sangat tidak ada artinya dibandingkan surga. Artinya, kenikmatan paling mewah di dunia ini hanya sepersekian cemeti saja dibandingkan nikmatnya hidup di surga. Mungkin juga orang berpikir bahwa ada sungai-sungai mengalir di bawahnya ya seperti halnya sungai Ciliwung yang kotor itu. Padahal sungai di surga tak terbayangkan keindahan dan kebersihannya. Memang tak ada fotonya namun itulah janji Allah bagi orang2 yang beriman dan berbuat baik.
Di sinilah perlunya kekuatan untuk membayangkan (The Power to Imagine) terhadap kenikmatan luar biasa tiada batas yang akan diberikan oleh Allah SWT kepada mereka yang beriman dan berbuat baik. Jadi, untuk mencapai surga orang hanya dibutuhkan dua syarat, yakni beriman dan berbuat baik. Tak bisa salah satu syaratnya saja dipenuhi. Orang yang beriman namun tak berbuat baik, sama saja menjadi penghuni neraka akhirnya. Sementara orang yang berbuat baik namun tak beriman, ya tidak bisa masuk surga. Dua syarat itupun masih ada satu hal lagi yang lebih penting, yakni mendapatkan ridho dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Mengapa masih banyak kemaksiatan di dunia ini, korupsi merajalela, kejahatan masih berkembang, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, dan seagainya? Sudah pasti bahwa mereka tak mau mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya. Hal ini berlarut menjadi kebiasaan karena banyak juga yang melakukannya. Untuk itulah maka sangat perlu memiliki The Power To Imagine meski keindahan dan kenikmatan dunia (bisa kita bayangkan) tak akan pernah bisa dibandingkan dengan kedahzyatan nikmat dan indahnya surga. Dalam hal ayat 25 surah Al Baqarah tersebut di atas, maka perlu adanya sikap membiasakan diri untuk:
- membayangkan bahwa suatu tempat dimana mengalir sungai-sungai di bawahnya pasti merupakan sebuah tempat yang benar-benar menawan, sambil membayangkan tempat terindah yang pernah dikunjungi selama hidup ini dan mengalikannya dengan faktor pengali yang banyak hingga tak terhingga.
- Meski asosiasinya terhadap tempat terindah di dunia yang pernah kita kunjungi harus juga dikalikan beberapa puluh, ratus, ribu bahkan tak terhingga keindahannya dibandingkan yang terindah di bayangan kita, kita harus berupaya merasakannya dengan pikiran dan hati.
- Perlu juga membayangkan bahwa sungai yang disebutkan di Quran bukan seperti sungai di dunia dengan air yang keruh dan membawa limbah dan sampah, namun air yang bening dan mengkilap bahkan airnya bisa diminum tanpa dimasak. Subhanallah!
- Bahwa buah-buahan yang diberikan tak seperti buah yang pernah dijumpai di dunia meski penghuninya mengatakan bahwa ini adalah buah-buahan yang pernah diberikan saat di dunia dulu. Yang sudah pasti, buah-buahan tersebut tak perlu upaya keras untuk memakannya, tak perlu mencucinya dan tak perlu juga mengupas kulit maupun membuang isinya; semuanya serba mudah.
Dengan membiasakan sikap membangun kekuatan membayangkan terhadap reward yang diberikan kepada orang yang beriman dan berbuat baik diharapkan kita semakin menginginkan surga dan mau berbuat apa saja sesuai perintahNya agar kelak bisa masuk surga. The Power To Imagine ini harus setiap saat dibayangkan sehingga kita semakin excited untuk meraihnya. Bila sudah excited dan mendarah-daging maka kita tak kan pernah lagi merasa terbebani menjalankan ibadah apapun yang diperintahkanNya. Kalau sudah merasa excited maka akhirnya mengerjakan ibadah bisa dirakan kenikmatannya dengan sepenuhnya. Subhanallah …!
Wass,
G
Read Full Post »