–
Alhamdulillah, setelah menunggu beberapa kali kesempatan mengikuti kajian Dzuhur dari ustadz DR. Amir Faishol Fath, MA, akhirnya tadi kesampaian juga bada shalat Dzuhur berjamaah di Kantor Pusat PT Indosat (KPPTI). Di awali dengan shalat Dzuhur berjamaah dimana setelah shalat beliau, seperti biasa, meberikan tausiyah singkat sekitar 5 menit. Kali ini tausiyah bada shalat Dzuhur berjamaah beliau adalah:
Pada setiap ibadah kepada Allah selalu terdiri dari tiga tahapan: permulaan, pertengahan, dan akhir. Dalam shalat, permulaannya adalah mengambil air wudhu, sedangkan pertengahannya adalah mendirikan shalat dan bagian akhirnya adalah amal shalih setelah shalat. Bila awalnya saja sudah salah, misalnya wudhu nya tertolak, maka tertolak lah keseluruhan rangkaian dari permulaan hingga akhir. Bila awalnya benar namun mendirikan shalatnya juga salah maka tertolak pula. Apabila awal dan pertengahan baik, artinya wudhu sudah benar serta diikuti dengan shalat dengan benar, namun setelah shalat masih bermaksiat atau amal shalihnya tidak ada maka percuma juga kita shalat. Demikian halnya dengan ibadah puasa Ramadhan dimana awalnya banyak berpuasa di bulan Syaban seperti saat ini, melatih diri dan mempersiapkan akan tibanya Ramadhan, kemudian menjalankan puasa lengkap dengan tarawih serta lailatul qadr, serta itikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan; serta bagian akhirnya adalah puasa 6 hari di bulan Syawal. Rangkaian ibadah seperti ini harus selalu kita upayakan agar kita benar-benar menjadi pribadi yang bertakwa,
DR Amir Faishol Fath, MA sedang memberikan tausiyah singkat bada shalat Dzuhur.
Setelah itu beliau dan para jamaah mendirikan shalat bada Dzuhur. Kajian dimulai setelahnya, dan ini merupakan catatan saya selama mengikuti kajian dahzyat hingga 13:10 ini.
Ternyata ustadz Amir sangat hafal bahwa ayat 17 surah Al Hasyr telah dibahas pada pertemuan selanjutnya. Untuk itu beliau menetapkan ayat 18 sampi 20 sebagai bahan kajian siang tadi diawali dengan tilawah bersama dipimpin langsung oleh beliau.
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Kita duduk sperti ini , membahas iman yg bekerja akal. Istighfar, belajar iman, ibadah shalt yg bekerja akal. Orang kafir akalnya mati karena ia tak pernah membahas mengenai iman dan semua yang dilakukan terkait kehidupan dunia belaka. Mereka tak pernah bekerja untuk imannya, yang bekerja hanya otaknya saja. Yang membedakan kita dari makhluk lain yang sama-sama punya otak, misalnya kambing atau sapi yang juga punya otak, adalah bahwa kita punya akal. Untuk itulah kita wajib shalat agar akal tidak mati. Bekerja di dunia itu tak perlu iman, namun kalau shalat jelas perlu iman karena orang yang tak beriman sudah pasti tidak mau mendirikan shalat.
Untuk itulah maka pada ayat 18 Allah menyeru kepada yang beriman saja untuk bertakwa kepadaNya. Semakin kuat iman maka akan semakin senang ia menjalankan ketaatan kepada Allah, ibaratnya seperti ikan ketemu air. Bila berpisah dengan air tentu ikan tak bisa hidup. Demikianlah bagi mereka yang imannya kuat maka mentaati Allah merupakan suatu kegembiraan; langkahnya ringan dan senang menuju masjid. Namun bila ada yang tak nyaman mendirikan shalat atau malas membaca Al Quran maka ini merupakan bukti iman yang lemah. Sedangkan Allah mensyaratkan bahwa untuk bertakwa perlu iman. Tak mungkin bertakwa tanpa iman. Takwa artinya siap pada apa kata Allah. Kalau di pekerjaan, ada yang takwa kepada boss, kepada perusahaan. Takwa kpd Allah berbeda karena Allah tahu isi hati manusia sehingga diperlukan dhohir dan batin. Jasmani dan rohani harus OK. Kalau rohani OK tapi jasmani tidak OK, misalnya tak mendirikan shalat, maka fasiq. Klau rohani dan jasmani tidak K, maka tergolong kafir.
19. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
Utk mencapai takwa harus ada evaluasi agar kita tidak telat, melakukan evaluasi setelah meninggalkan dunia fana. Utk sukses masuk surga harus evaluasi diri kita sejauh mana telah mengerjakan amal baik. Hendaklah setiap jiwa evaluasi. Bagaimana caranya? Buatlah Daftar Amal Soleh (dulu ustadz Amir pernah membagikan panduan atau check list amal soleh harian), minimal 50 amalan setiap hari seperti yang dijalankan Rasul. Tanpa evaluasi kita merasa aman dan sepertinya masuk surga mudah. Ini harus hati-hati. Kita harus pandai bertanya:
Pantas tidak aku minta surga tapi kerjaku untuk Allah hanya sekian menit dalam 24 jam?
Kadang manusia berkelit bahwa Allah Maha Pengampun, mestinya faham bahwa pekerjaan begitu banyak menyita waktu. Padahal sahabat pada jaman dulu juga berjuang (jihad) selain juga mencari nafkah. Ini merupakan bisikan setan yang menyebabkan manusia selalu menunda-nunda ibadah karena Allah maha pengampun. Hal lain lagi yang juga sebenarnya tak salah namun dipakai oleh setan untuk empengaruhi manusia, yakni “kerja adalah ibadah juga”. Memang benar bila diniatkan untuk ibadah, namun seringkali ini membuat manusia memudahkan agama padal agama Islam memang mudah, namun jangan dimudah-mudahkan. Al Quran dibuat 30 juz karena pada dasarnya Rasul mengatakan kepada sahabat bahwa Al Quran harus khatam satu kali setiap bulan. Untuk itulah ada yang punya ide membuat 30 juz agar mudah dalam menuntaskan dalam satu bulan khatam satu kali. Pada jaman sahabat bahkan ada yang bisa menuntaskan khatam setiap hari. Masya Allah!
Umar bin Khattab pernah mengatakan bahwa kalau kamu ingin sukses, evaluasi dirimu sebelum dihisab. Anjuran yang mengingatkan agar setiap diri melakukan evaluasi diri sebelum terlambat. Mulailah dengan melakukan evaluasi diri setiap hari. Salah satu penyebab kegagalan pendidikan di Indonesia adalah evaluasi dilakukan di akhir melalui ujian. Padahal evaluasi harusnya setiap saat.
Meraih ketakwaan sangat penting bagi orang yang beriman, sehingga pada ayat 18 di atas Allah mengulang kata takwa hingga dua kali. Ini merupakan penegasan pentingnya agar kit bertakwa.
20. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.
Surga bertingkat tingkat, paling rendah adalah alumni neraka. Kita jangan berharap asal masuk surga karena bisa jadi masuk neraka dulu untuk dicuci bersih hingga masuk surga paling rendah. Ada dua hal yakni tskulat dan khofat. Syarat masuk surga harus suci dari dosa. Kita harus berjuang sampe proses tsakulat.
Kalau di perusahaan tempat bekerja terlaksana hukum “general” yakni pegawai dengan pangkat yang sama meski sikap kerja berbeda, yang satu malas sedang satunya rajin, pada akhir bulan menerima gaji yang sama. Allah sangat detil. Tak berlaku hukum general seperti di perusahaan. Kebaikan sekecil zarah pun Allah Maha Tahu. Pada suatu ketika Rasul berjalan dengan para sahabat melintasi kuburan dan beliau meminta sahabat berhenti sejenak. Kemudian Rasul mengatakan bahwa beliau mendengar bahwa mayit yang dikubur (dua orang) sedang menjalani siksa kubur. Nabi bisa mendengar siksa kubur, juga binatang2 mendengar siksa kubur; makanya bangun pagi dan binatang bisa mendengar siksa kubur. Manusia umumnya tak bisa mendengar siksa kbur. Adapun yang dikatakan oleh Rasul mengenai mayit tersebut disiksa di alam kubur karena:
- Mayit pertama pada saat hidupnya suka mengadu domba , menyebarkan berita2 bohong. Makanya hati-hati dengan menyebar berita di media sosial seperti facebook, twitter dsb.
- Mayit kedua disiksa karena saat di dunia tak hati2 ketika buang air kecil sehingga najis masih menempel di pakaiannya.
Allah punya perhitungan ketat. Allah melarang at tasyabuh, menyerupai org yg tak patuh Allah (kafir). Pembacaan Quran diikuti oleh muatan ritual apapun, tertolak hukumnya. Setiap orang bisa punya lagu pribadi dalam membaca Al Quran, misalnya Imam yang memimpin shalat di Masjidil Haram, punya lagunya sendiri yang pribadi sifatnya. Tak ada masalah asal pelafalan huruf dan tajwidnya tak dilanggar. Sedangkan langgam Jawa mengikuti nada slendro sekalipun ikut tajwid dan pelafalan huruf tapi ikut ritual tertentu tetap tak boleh. Ini sangat disayangkan karena terjadi di istana negara yang merupakan arena yang diketahui publik. Sebagai seorang muslim kita harus bisa membedakan mana yang merupakan ranah pribadi atau publik. Misalnya, hubungan suami-istri yang merupakan ranah pribadi menjadi tidak pantas bila ditunjukkan terbuka di publik. Di akun twitter ustadz ada yang menentang misalnya “boleh kan ustadz?”. Masalahnya bukan hanya boleh tidaknya namun pantas tidaknya. Kaum laki2 menggunakan baju perempuan tentu boleh. Namun tak pantas. Karena kejadian ini ustadz banyak dilibatkan harus menjelaskan atau menjadi mengurusi hal-hal yang seharusnya tak perlu diurus bila tak ada kejadian ini. Masih banyak urusan penting lainnya, misalnya membangun generasi muda yang Islami, yang harusnya dibenahi.
–
Walahualam bishawab.
GW
Read Full Post »