Feeds:
Posts
Comments

Archive for April, 2024

Read Full Post »

Masyaallah ….baru kali ini mendapatkan pengemudi Grab yang nyunnah, nyetel radio yang khusus kajian ilmiah Islam sepanjang perjalanan, pas acaranya sedang murotal Quran. Kemudian byambung ke kajian ilmiah selanjutnya. 

Sejak pake taksi online lebih dari 5 tahun lalu, baru kali ini ada pengemudi yang nyetel radio yang full tentang kajian Islam tanpa ada upaya mengecilkan volumenya, teguh imannya karena dia paham betul bahwa kalamullah itu yang terbaik dan tidak ada yang lebih baik sampai kapanpun sehingga dia yakin betul. Masyaallah🤲. Dalam dialog dengan saya dia mengatakan memang ada kalanya penumpang yang kurang nyaman sehingga ia kecilkan volume. Pernah ada yang nyetel youtube kenceng seolah memberi tahu agar pindah channel, kemudian ia kecilkan volume. Namun bila tidak ada tanda2 minta diganti, ia tetap nyetel radio kajian tersebut sepanjang perjalalanan.

Semoga Allah selalu merahmati pengemudi soleh bernama Mohamad Nurwicaksono ini. Aamiin🤲☕

Read Full Post »

Read Full Post »

Bagus nih untuk diikuti … Mantab.

Read Full Post »

Larangan tajassus, yaitu memata-matai keburukan seseorang, baik itu dengan mata penglihatan maupun dengan pendengaran. Ini hal yang dilarang oleh agama Allah. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki aib dan dia memiliki cacat. Tidak ada orang yang sempurna di muka bumi ini. Masing-masing mempunyai kekurangan dan aib. Bahkan sebagian salaf dahulu ketika menggambarkan tentang diri mereka dimana ini menunjukkan bagaimana sikap dan perilaku tawadhu dan ketakwaan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai ada di antara mereka yang mengatakan, “Seandainya dosa itu merupakan sesuatu yang tercium baunya, maka tidak ada seorang pun yang akan mendekati aku.” Ini menunjukkan bagaimana takwanya mereka pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sifat ini seyogianya harus kita selalu tanamkan dalam diri kita. Bertakwa dengan melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan Allah, memberikan hak kepada setiap yang berhak, mencintai kaum muslimin dengan menginginkan kebaikan bagi mereka. Seorang mukmin mencintai saudaranya. Ketika dia melihat aib saudaranya, maka dia berupaya untuk menutupi aib saudaranya, bukan dia menyebarkan dan membesar-besarkan kepada manusia. Karena tidak ada seorang pun yang luput dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Maka apabila seorang telah menutupi aibnya, sudah seyogianya seorang muslim yang mengetahui aib orang itu juga menutupinya. Lain halnya dengan orang yang melakukan perbuatan munkar secara terang-terangan dilihat oleh manusia, ini lain perkaranya.

وعن معاوية – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يقول: «إنَّكَ إنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المُسْلِمينَ أفْسَدْتَهُمْ، أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ».

Dari Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya engkau itu jika terus membuntuti -mencari-cari- aib -kekurangan- kaum Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka atau sudah mendekati engkau merusak mereka.’” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam supaya komunitas kaum muslimin senantiasa terjaga dan terpelihara. Sehingga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan dan membimbing umat ini . Manusia yang paling mencintai umatnya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya jika engkau selalu dan terus-terusan mengikuti/membuntuti aib-aib orang-orang Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka.”

Dikatakan oleh nabi bahwa dia telah merusak. Karena dengan terbukanya aib seseorang, berarti kehormatan orang ini akan rusak. Oleh karena itu dilarang oleh Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Seorang lebih baik mengintrospeksi dan memeriksa dirinya, daripada memantau kesalahan-kesalahan dan aib-aib seorang seorang muslim.

Simak selengkapnya: https://rodja.id/5c2

Read Full Post »

Berikut ini pdf file yang saya stabilloin setelah membaca tafsir Ibnu Katsir …

Read Full Post »

https://bimbinganislam.com/baca-doa-ini-agar-kesedihanmu-hilang/

Read Full Post »

Tulisan ke-5 dari 12

Perjalanan darat selama 4-5 jam tentu saja bisa dimaklumi bila kita mengeluh akan jauh dan lamanya perjalanan dari Jedah menuju Madinah. Alhamdulillah, perasaan tersebut sedikitpun tidak saya rasakan. Ini harus saya syukuri. Bukannya saya mencari pembenaran atau validasi untuk menghibur diri, namun demikianlah pada kenyataannya. Kenapa bisa begitu? Saya yakin karena memang sejak awal ketika diberi tahu travel Retali bahwa perjalanannya menggunakan bus – dan konon busnya nyaman, full AC – saya tahu bahwa kemungkinan saya akan bosan karena memang sudah lama saya tidak menggunakan bus. Paling juga saya menggunakan travel dengan mobil Hiace atau Elf perjalanan Jakarta-Bandung yang pada dasarnya hanya 2.5-3 jam saja. Durasi 4 jam jelas lama sekali. Travel sebenarnya pernah mengusahakan dengan kereta cepat dengan menambah biaya Rp. 2 juta per pax. Tapi tidak jadi karena ketersediaan tiket atau alasan lainnya yang saya kurang paham.

Atas: Persiapan keberangkatan Jeddah ke Madinah dengan bus. Bawah kiri: Kondisi jalan selama perjalanan, banyak tanah tandus, sepi dan gersang; sangat jarang ada kendaraan lain selama perjalanan. Bawah kanan: Suasana di dalam bus, rute Jeddah – Madinah. Baru tahu kemudian bahwa ada toilet di dalam bus. Alhamdulillah selama perjalanan saya tidak berhajat buang air kecil.

Memaknai Perjalanan Hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah

Niat awal saya, setelah mengetahui panjangnya perjalanan selama 4-5 jam, adalah memaknai perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pada jaman itu tentunya menggunakan unta dan jalan kaki. Tentu saja tidak akan sampai dalam 5 jam dan di bawah terik matahari yang panas. Sedangkan kami menggunakan bus AC; jelas jauh lebih nikmat dan cepat. Mengapa musti mengeluh? Seperti kita semua pahami dari berbagai referensi beberapa kitab para ulama, perjalanan hijrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam penuh dengan tatangan sehingga diperlukan persiapan luar biasa.

Persiapan:

  • Keputusan hijrah atas perintah Allah SWT disampaikan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq.
  • Mereka berdua mempersiapkan diri secara rahasia, termasuk menyiapkan bekal dan dua ekor unta.

Menuju Gua Tsur:

  • Setelah kaum Quraisy berencana membunuh Rasulullah SAW, beliau dan Abu Bakar segera meninggalkan Mekah pada malam hari.
  • Mereka menuju Gua Tsur, sebuah gua di luar kota Mekah, dan bersembunyi di sana selama tiga hari tiga malam.

Kejar-kejaran:

  • Kaum Quraisy yang geram segera mencari keberadaan Rasulullah SAW. Mereka bahkan menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang bisa menemukan beliau.
  • Pencari jejak sempat mendatangi Gua Tsur, namun atas izin Allah SWT, mereka tidak melihat ke dalam gua tempat Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi.

Menuju Madinah:

  • Setelah aman, mereka melanjutkan perjalanan dengan dipandu oleh Abdullah bin Uraiqit, seorang pemandu yang Muslim.
  • Perjalanan mereka penuh dengan lika-liku dan menghindari jalur utama untuk menghindari kejaran kaum Quraisy.

Sambutan di Madinah:

  • Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 7-8 hari, mereka akhirnya sampai di Madinah dan disambut dengan sukacita oleh penduduk Madinah yang sudah mengetahui kedatangan beliau.

Lama Perjalanan:

  • Estimasi lamanya perjalanan Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah adalah sekitar 7-8 hari. Perkiraan ini didasarkan pada sumber-sumber sejarah dan kondisi perjalanan pada masa itu.

Ujian dan Keajaiban:

Perjalanan Hijrah ini penuh dengan ujian dan peristiwa menakjubkan yang menunjukkan pertolongan Allah SWT. Beberapa di antaranya:

  • Jejak kaki yang tersamarkan oleh jaring laba-laba dan sarang burung merpati di sekitar gua Tsur.
  • Abu Bakar yang dilanda ketakutan namun ditenangkan oleh Rasulullah SAW.
  • Abdullah bin Uraiqit yang dengan cerdik menghilangkan jejak keledai tunggangan mereka.

Pentingnya Hijrah:

Hijrah menjadi peristiwa penting dalam sejarah Islam karena menandai awal berdirinya negara Islam pertama di Madinah. Hijrah juga menjadi penanda dimulainya penanggalan Hijriyah dalam kalender Islam.

Selama perjalanan di dalam bus dari Jeddah ke Madinah, saya pergunakan untuk menghayati betapa bersyukurnya saya dan jamaah umrah lainnya tidak perlu bersusah-payah selama 8 hari seperti perjalanan hijrah Rasul dahulu kala. Artinya, tidak perlu banyak mengeluh. Saya menikmati perjalanan ke Madinah dan waktu tempuh 4 jam ada kenyataannya tidak melelahkan atau membosankan; justru menurut saya sangat menyenangkan. Alhamdulillah.

GW 10 Syawal 1445 H (19 April 2024)

Read Full Post »

Alhamdulillah pihak travel, Retali, berhasil mendapatkan ijin bagi jamaah ikhwan untuk mengunjungi Raudhah yang dijadwalkan tgl 14 Maret 2024 (Kamis, hari ketiga umrah) bada Maghrib. Sebelumnya para jamaah akhwat juga sudah ke Raudhah di pagi hari jam 7:00. Bada Ashar kami sudah diminta kumpul di Gate 320 pada pukul 16:30. Jumlah kami mungkin sekitar 20an orang. Ternyata memang untuk ke Raudhah harus mendapatkan ijin, tidak sekedar masuk sendiri. Dipimpin oleh ustadz Hidayat Nashrun dan Muthowif ustadz Yudi kami berjalan tertib menuju area di Nabawi dimana para calon pengunjung Raudhah dilokalisir.

Petugas ini mememeriksa kami dengan pelayanan yang ramah dengan senyuman, bersahabat dan sopan. Pada saat menolak permohonan agar masuk sebelum Maghrib, ia jelaskan dengan menyenangkan kami. Masyaallah.

Pengaturan oleh petugas cukup ketat karena setiap pergerakan kami menuju area di depan pintu akses selalu diperiksa kelengkapan surat yang bisa dipenuhi dengan baik oleh ustadz Yudi. Yang menarik bagi saya adalah pelayanan ramah para askar di pelataran pintu akses. Kami merasa diperlakukan sebagai Tamu Allah. Memang ustadz Yudi mencoba kalau bisa kami bisa masuk sebelum Maghrib. Sayangnya pemeriksaan cukup teliti sehingga kami hanya boleh masuk bada Maghrib sesuai dengan rencana yang ada di surat resmi. Tidak salah juga ketat karena sore itu begitu padat, banyak sekali jamaah yang akan mengunjungi Raudhah.

Sekitar pukul 17:15 kami sudah berada di area sekitar pintu akses masuk Raudhah namun masih belum boleh masuk. Justru saya menikmati sekali kebersamaan pada saat duduk-duduk menyiapkan bukber di pelataran area pintu aksus utama masuk Raudhah. Diantara kami, para jamaah Retali, bisa saling ramah-tamah sembari sebagian juga berdzikir. Di depan kami, berhadapan muka, ada empat orang jamaah yang saling kenal satu sama lain karena mungkin satu rombongan, berasal dari Pakistan. Mereka kelihatan asik berbincang satu sama lain sambil membantu panitia menyiapkan bukber. Salah satu dari mereka kelihatan aktif sekali dalam membantu panitia dan kelihatan sekali dari gerak maupun mimik wajahnya bahwa dia melayani jamaah lainnya, tidak sibuk hanya dengan dirinya sendiri. Bahkan, ia juga mengeluarkan bekal makanan yang ia bawa sendiri dan dibagikan juga ke jamaah lainnya. Suasana kekeluargaan sangat terasa seolah kita semua saling kenal lama. Apalagi dia cukup lancar berbahasa Inggris sehingga saya bisa komunikasi dengannya.

Masjid Nabawi, 14 Maret 2024 ba’da shalat Dzuhur: Berkenalan denganPak Ricky, dari Bangka. Umrah 10 hari bersama istri dan dua anak usia TK (cewek) dan kelas 5 SD. Dari Bangka ke Jakarta dulu, menginap di Bekasi. Esoknya bersama 113 jamaah lain berangkat dari Jakarta ke KL dulu biar dapat tiket promo, terus KL – Jeddah. Dari Jeddah ke Madinah dulu, besok ke Mekkah. Masyaallah … Pakai travel UTM (Umrah Travel Mandiri, Bekasi). Biaya 22 juta (dari Jakarta).23:41

Melayani dan Semangat Berbagi

Pengalaman di pelataran sebelum masuk pintu akses ke Raudhah, masih di luar masjid alias di bawah tenda, justru bagi saya cukup membekas. Semangat melayani satu-sama lain saya rasakan padahal menjelang buka puasa biasanya masing-masing merasa lapar dan boleh jadi hanya memikirkan perut sendiri. Justru sebaliknya, saya melihat mereka ramah dan saling berbagi makanan. Saya terkesan sekali ketika saya mendapatkan jatah Nasi Arab yang lezat dan memang sedang saya inginkan selama di Madinah. Alhamdulillah …berkat kebaikan saudara-saudara dari Pakistan ini saya bisa mencicipi pertama kali nasi Arab versi Madinah. Meski sedikit namun nikmat sekali. Nasi Arab ini sebenarnya bukan mereka yang bawa namun berasal dari jamaah yang berada di ujung kiri kami, cukup jauh dari kami. Lega sekali akhirnya bisa buka puasa dengan Nasi Arab atas budi baik jamaah yang ada.

Suasana menyiapkan makanan sebelum buka puasa. Atas: Jamaah yang berada di sebelah kanan saya. Bawah (kiri): Yang baju biru ini jamaah Pakistan, aktif membantu panitia dan jamaah lain menyiapkan buka puasa dan ramah bertegur-sapa dengan saya degan bahasa Inggris yang lancar. Bawah (kanan): Nasi Arab yang lezaaaaat ….

Pengalaman langsung seperti ini membuat suasana menjadi menyenangkan dan saya tidak merasakan waktu tunggu yang lama padahal satu setengah jam menunggu untuk bisa mengunjugi Raudhah. Suasana seperti ini bagi saya sangat berharga karenan di sinilah terasa sekali ukhuwah sesama muslim. Masyaallah.

Padatnya Raudhah

Tidak seperti yang dialami jamaah akhwat dari Retali yang konon cukup lega dan lama berada di Raudhah, saya merasakan kepadatan jamaah dan tidak lama waktunya ditambah pengaturan ketat dari askar. Bahkan saat saya shalat sunnah, sajadah saya diambil dan diminta untuk jalan, tidak jadi shalat sunnah di dekat mimbar. Meskipun diusir namun mereka cukup sopan caranya. Alhamdulillah sebelumnya, pas masuk tiang hijau di Raudhah saya sempat shalat sunnah. Jadi ya, tidak masalah sebenernya juga. Maklum jamaah yang mengunjungi Raudhah sangat banyak dan berdesakan.

Suasana berada di area Raudhah memang terasa damai dan tenang sambil membayangkan bagaimana dulu 1400 tahun lalu Rasulullah shallallahu wa sallam mendirikan shalat dan beristirahat di rumah beliau. Saat melihat mimbar pun saya membayangkan bagaimana saat itu ada kejadian ketika Rasul menaiki anak tangga mimbar beliau mendapati Malaikat Jibril membisikkan tiga doa terkait bulan Ramadhan.

Al-Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Malik bin al-Huwairits Radhiyallahu anhu, beliau berkata, yang artinya:

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik ke atas mimbar, ketika beliau naik ke atas tangga, beliau berkata ‘Aamiin,’ lalu beliau naik lagi ke atas tangga (tingkat kedua) dan berkata, ‘Aamiin’ lalu beliau naik lagi ke atas tangga (tingkat ketiga) dan berkata, ‘Aamiin’ lalu beliau berkata, ‘Jibril datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad, siapa saja yang mendapati bulan Ramadhan dan dia tidak diampuni, maka Allah akan melaknatnya.’ Lalu aku (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata: ‘Aamiin.’”

Jibril berkata lagi, ‘Dan siapa saja yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satunya, lalu dia masuk ke dalam Neraka, maka Allah akan menjauhkannya dari rahmat-Nya.’ Aku katakan, ‘Aamiin.’

Jibril berkata lagi, ‘Siapa saja yang ketika namamu disebutkan, lalu ia tidak bershalawat kepadamu, maka Allah akan melaknatnya, katakanlah aamiin, lalu aku katakan, ‘Aamiin.’

Kami selesai mengunjungi Raudhah sekitar pukul 19:40 sedangkan Isya masih pukul 20:30. Akhirya saya putuskan kembali ke hotel bersama ustadz Yudi untuk buka puasa ‘besar’ (pakai nasi).

Salam,
GW – Kamis, 9 Syawal 1445 H (18 April 2024)

Read Full Post »

Read Full Post »

Older Posts »