Feeds:
Posts
Comments

https://youtube.com/live/cp5rgDmb7Q8?si=8I0TmgUIes3Q1u9k

“(Kini) kamu benar-benar datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami ciptakan kamu pada mulanya. Kamu sudah meninggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu. Kami tidak melihat bersamamu para pemberi syafaat (pertolongan) yang kamu anggap bagi dirimu sebagai sekutu-sekutu(-Ku). Sungguh, telah terputus (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah).”

Surah Al-An’am 94
via https://tafsir.learn-quran.co/id

Tafsir Ibnu Katsir

Surah Al-An’am 94
via https://tafsir.learn-quran.co/id

Tafsir Surat Al-An’am: 93-94 Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan kepada Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya seandainya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam sakitnya sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu!” Di hari ini kalian dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan kalian sudah tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian. Dan Kami tidak melihat bersama kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu-Ku. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lenyap dari kalian apa yang dahulu kalian sangka (sebagai sekutu Allah). Ayat 93 Mengenai firman Allah ﷻ: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan kepada Allah.” (Al-An’am: 93) Artinya, tidak ada seorang pun yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan kepada Allah, lalu ia menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya, atau anak, atau mengaku-ngaku bahwa dirinya telah diutus oleh Allah kepada manusia, padahal Allah tidak mengutusnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Atau yang berkata, ‘Telah diwahyukan kepada saya’, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya.” (Al-An’am: 93) Ikrimah dan Qatadah mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Musailamah Al-Kazzab. dan orang yang berkata, “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah ” (Al-An’am: 93) Maksudnya orang yang mendakwakan dirinya mampu menandingi wahyu yang diturunkan dari sisi Allah melalui perkataan yang dibuat-buatnya, seperti yang dikisahkan dalam ayat yang lain: “Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini). Kalau kami menghendaki, niscaya kami dapat menjadikan yang seperti ini.” (Al-Anfal: 31), hingga akhir ayat. Firman Allah ﷻ: “Seandainya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam sakitnya sakaratul maut.” (Al-An’am: 93) Yakni sedang berada dalam kesakitannya dan penderitaan sakaratul maut. “Sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya.” (Al-An’am: 93) Yaitu memukulnya, sama halnya dengan ayat lain: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku.” (Al-Maidah: 28), hingga akhir ayat. “Dan niscaya mereka melepaskan tangan dan lidah mereka kepada kalian dengan menyakiti (kalian). (Al-Mumtahanah: 2), hingga akhir ayat. Adh-Dhahhak dan Abu Saleh mengatakan bahwa “basitu aidiyahum” artinya memukulkan tangan mereka, yakni menimpakan siksaan. Sama dengan pengertian yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu: “Kalau kamu melihat ketika para malaikat itu mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka.” (Al-Anfal: 50) Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya: “Sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya. (Al-An’am: 93) Yakni memukulinya sehingga rohnya keluar dari jasadnya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “(sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawa kalian’.” (Al-An’am: 93) Orang kafir apabila mengalami sakaratul maut, para malaikat datang kepadanya membawa azab, pembalasan, rantai, belenggu, api, dan air mendidih serta murka dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Akan tetapi, rohnya orang tersebut menolak untuk meninggalkan tubuhnya. Maka para malaikat memukulinya hingga rohnya keluar dari jasadnya, “Sambil berkata: ‘Keluarkanlah nyawamu’! Di hari ini kalian dibalas dengan azab yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar.” (Al-An’am: 93), hingga akhir ayat. Artinya, pada hari ini kalian benar-benar akan dihinakan dengan sehina-hinanya, sebagai balasan dari kebohongan kalian terhadap Allah, sikap sombong kalian yang tidak mau mengikuti ayat-ayat-Nya, dan tidak mau taat kepada rasul-rasul-Nya. Hadits-hadits yang mutawatir banyak yang menceritakan perihal sakaratul maut yang dialami oleh orang mukmin dan orang kafir. Hal ini akan diterangkan dalam tafsir firman Allah ﷻ: “Allah menguatkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27) Sehubungan dengan bab ini Ibnu Murdawaih menuturkan sebuah hadits yang sangat panjang melalui jalur yang gharib (asing), dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas secara marfu. Ayat 94 Firman Allah ﷻ: “Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan pada mulanya.” (Al-An’am: 94) Artinya, hal tersebut dikatakan kepada mereka pada hari mereka dikembalikan, seperti yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu: “Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada yang pertama kali.” (Al-Kahfi: 48) Yakni sebagaimana Kami memulai penciptaan kalian, maka Kami kembalikan kalian, sedangkan kalian dahulu mengingkarinya dan tidak mempercayainya, maka sekarang terjadilah hari berbangkit. Firman Allah ﷻ: “Dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian.” (Al-An’am: 94) Yaitu berupa semua kenikmatan dan harta benda yang kalian pelihara selama kalian hidup di dunia, semuanya itu kalian tinggalkan di belakang kalian. Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: “Anak Adam berkata, ‘Hartaku-hartaku!’” Padahal tidak ada yang engkau miliki dari hartamu kecuali apa yang engkau makan, lalu engkau habiskan. Atau apa yang engkau pakai, lalu engkau lapukkan. Atau apa yang engkau sedekahkan, lalu engkau simpankan, sedangkan selain dari itu semuanya hanya akan ditinggalkan saat kita pergi dan ditinggalkan untuk orang lain. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seorang anak Adam ketika dihadapkan (kepada Allah) pada hari kiamat dalam keadaan tidak membawa apa-apa, lalu Allah ﷻ berfirman, “Ke manakah harta yang telah kamu kumpul?” Ia menjawab, “Wahai Tuhanku, aku telah mengumpulkannya, tetapi aku meninggalkannya semua secara penuh.” Allah berfirman kepadanya, “Wahai anak Adam, manakah amal yang kamu bawa untuk dirimu?” Maka ia melihat bahwa dirinya tidak melakukan suatu amal pun. Kemudian Al-Hasan Al-Basri membacakan firman-Nya: “Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kalian Kami ciptakan kamu pada mulanya, dan kalian sudah tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian.” (Al-An’am: 94), hingga akhir ayat. Demikianlah menurut riwayat Imam Ibnu Abu Hatim. Firman Allah ﷻ: “Dan Kami tidak melihat bersama kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu-Ku.” (Al-An’am: 94) Ayat ini mengandung makna teguran dan celaan terhadap mereka, karena ketika di dunia mereka menjadikan sekutu-sekutu dan berhala-berhala serta patung-patung sebagai sembahan mereka, dengan menganggap bahwa semuanya itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Apabila hari kiamat tiba, maka terputuslah dari semua hubungan di antara mereka, lenyaplah semua kesesatan, dan hilanglah apa yang dahulu mereka buat-buat dalam mempersekutukan-Nya, lalu Tuhan menyerukan kepada mereka di hadapan semua makhluk: “Di manakah sembahan-sembahan kalian yang dahulu kalian katakan (sekutu-sekutu Kami)?” (Al-An’am: 22) “Di manakah berhala-berhala yang dahulu kalian selalu menyembahnya? Dapatkah mereka menolong kalian atau menolong diri mereka sendiri?” (Asy-Syu’ara: 92-93) Karena itu, dalam ayat ini disebutkan: “Dan Kami tiada melihat bersama kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu-Ku.” (Al-An’am: 94) Yakni yang kalian sembah, dan kalian anggap bahwa mereka layak untuk kalian sembah. Kemudian Allah ﷻ berfirman dalam firman selanjutnya: “Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian.” (Al-An’am: 94) Kalau dibaca rafa’ artinya ‘telah terputuslah perkumpulan kalian’, dan kalau dibaca nasab artinya ‘telah terputuslah semua jalinan antara kalian, yakni semua pertalian, hubungan, dan perantaraan’. “Dan telah lenyap dari kalian.” (Al-An’am: 94) Artinya, pergi dan lenyap dari kalian. “Apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah).” (Al-An’am: 94) Yakni harapan dari berhala dan sekutu-sekutu itu. Sama halnya dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya: “(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesatan bagi mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 166-167) Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat-ayat lain, yaitu: “Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Muminun: 101) “Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, hanya untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan di dunia, kemudian pada hari Kiamat sebagian kamu akan saling mengingkari dan saling mengutuk, dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sama sekali tidak ada penolong bagimu.” (Al-‘Ankabut:25) “Dikatakan (kepada mereka), ‘Serulah oleh kalian sekutu-sekutu kalian’, lalu mereka menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak menanggapi (seruan) mereka.” (Al-Qashash: 64), hingga akhir ayat. “Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik.” (Al-An’am: 22) sampai dengan firman-Nya: “Dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 24) Ayat-ayat yang menerangkan hal ini cukup banyak.

Bada Ashar ini tadi saya tiduran leyeh2 sambil baca artikel. Tiba-tiba saya tertarik mengambil gambar pemandangan yang saya lihat dari jendela kamar saya dan fokus saya justru pada deretan genteng yang tersusun rapi dan kelihatan kokoh. Saya berpikir, mereka ini sudah berada di tempatnya sangat lama, rasanya sudah lebih dari 20 tahun karena tepatnya saya menempati rumah ini sejak 2003. Terbayang di saya bila deretan genteng ini ternyata tidak kokoh alias ada yang berlubang atau susunannya bergeser, maka saya dan keluarga sudah kerepotan terutama saat hujan tiba. Saya juga tidak ingat apakah pernah kejadian bocor dari genteng yang bergeser. Tapi yang pasti, saya merasa bahwa susunan genteng yang terlihat rapi di foto ini sudah melindungi saya dan keluarga dalam waktu yang lama. Alhamdulillah.

Pemandangan seperti ini membuat hati lega dan nyaman meskipun dari foto di atas sebenarnya tidak ada satupun yang spektakuler. Saya justru menikmati suasana seperti ini seperti halnya saya menikmati keindahan pantai di Pulau Bali, misalnya. Semuanya menjadi indah bila kita memilihnya sebagai suatu keindahan, tanpa ada paksaan. Artinya, yang namanya wisata atau healing bisa dilakukan kapan saja di tempat manapun bahkan ketika melihat comberan sekalipun. Jadi ingat, saya pernah berhenti mancal pedal sepeda dalam perjalanan sepeda ke Kaliurang dari Candi Prambanan, meendengar bunyi suara air gemericik, saya berhenti untuk menikmati kali tersebut. Nanti kalau ketemu fotonya, akan saya posting di situs ini.

Edit beberapa menit setelah posting ini (Alhamdulillah fotonya ketemu di Google Photos) ….

Yogya, 14 Nov 2022 sekitar pukul 11:00. Saat itu baru berpisah dengan mas Bambang Setyanto yang menemani mancal pedal di sekitar Candi Prambanan. Kemudian saya lanjut mandal sendiri menuju Kali Urang, tepatnya mau ngopi di kafenya mas Pepeng “Klinik Kopi”. Saat terik matahari saya mendengar gemericik suara air mengalir. Maka saya berhenti untuk menikmatinya. Masyaallah ….asyik banget …sambil minum air mineral menikmati air mengalir di kali. Airnya jernih lho ….

Selamat menikmati wisata ….

Salam,

GW 09/05/2024

Masyaallah … Ini luarbiasa tingkat iman seseorang dengan satu kaki mengikuti qiyyamul lail 10 rakaat dengan imam membaca secara total 3.5 juz Al Quran.

Bagaimana dengan saya?

https://youtube.com/live/NNRam9i7CV8?si=W1LhX9uaMVjy5-Af

Ketika mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah mereka lakukan. (Fussilat:20)

Tidak ada satu (umat) pun, kecuali semuanya akan dihadirkan kepada Kami (untuk dihisab). (Yasin:32)

Ditiuplah sangkakala. Itulah hari yang diancamkan. (Surat Qaf: 20)

Diposting di sini agar selalu ingat distribusinya di waktu shalat yang mana. Semoga kita semua bisa menjalankannya. Aamiin🤲

Masyaallah ….baru kali ini mendapatkan pengemudi Grab yang nyunnah, nyetel radio yang khusus kajian ilmiah Islam sepanjang perjalanan, pas acaranya sedang murotal Quran. Kemudian byambung ke kajian ilmiah selanjutnya. 

Sejak pake taksi online lebih dari 5 tahun lalu, baru kali ini ada pengemudi yang nyetel radio yang full tentang kajian Islam tanpa ada upaya mengecilkan volumenya, teguh imannya karena dia paham betul bahwa kalamullah itu yang terbaik dan tidak ada yang lebih baik sampai kapanpun sehingga dia yakin betul. Masyaallah🤲. Dalam dialog dengan saya dia mengatakan memang ada kalanya penumpang yang kurang nyaman sehingga ia kecilkan volume. Pernah ada yang nyetel youtube kenceng seolah memberi tahu agar pindah channel, kemudian ia kecilkan volume. Namun bila tidak ada tanda2 minta diganti, ia tetap nyetel radio kajian tersebut sepanjang perjalalanan.

Semoga Allah selalu merahmati pengemudi soleh bernama Mohamad Nurwicaksono ini. Aamiin🤲☕

Bagus nih untuk diikuti … Mantab.

Larangan tajassus, yaitu memata-matai keburukan seseorang, baik itu dengan mata penglihatan maupun dengan pendengaran. Ini hal yang dilarang oleh agama Allah. Karena setiap orang pada dasarnya memiliki aib dan dia memiliki cacat. Tidak ada orang yang sempurna di muka bumi ini. Masing-masing mempunyai kekurangan dan aib. Bahkan sebagian salaf dahulu ketika menggambarkan tentang diri mereka dimana ini menunjukkan bagaimana sikap dan perilaku tawadhu dan ketakwaan mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai ada di antara mereka yang mengatakan, “Seandainya dosa itu merupakan sesuatu yang tercium baunya, maka tidak ada seorang pun yang akan mendekati aku.” Ini menunjukkan bagaimana takwanya mereka pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sifat ini seyogianya harus kita selalu tanamkan dalam diri kita. Bertakwa dengan melaksanakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-larangan Allah, memberikan hak kepada setiap yang berhak, mencintai kaum muslimin dengan menginginkan kebaikan bagi mereka. Seorang mukmin mencintai saudaranya. Ketika dia melihat aib saudaranya, maka dia berupaya untuk menutupi aib saudaranya, bukan dia menyebarkan dan membesar-besarkan kepada manusia. Karena tidak ada seorang pun yang luput dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Maka apabila seorang telah menutupi aibnya, sudah seyogianya seorang muslim yang mengetahui aib orang itu juga menutupinya. Lain halnya dengan orang yang melakukan perbuatan munkar secara terang-terangan dilihat oleh manusia, ini lain perkaranya.

وعن معاوية – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رسولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – يقول: «إنَّكَ إنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المُسْلِمينَ أفْسَدْتَهُمْ، أَوْ كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ».

Dari Mu’awiyah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya engkau itu jika terus membuntuti -mencari-cari- aib -kekurangan- kaum Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka atau sudah mendekati engkau merusak mereka.’” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menjelaskan kepada kita bagaimana keinginan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam supaya komunitas kaum muslimin senantiasa terjaga dan terpelihara. Sehingga, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengarahkan dan membimbing umat ini . Manusia yang paling mencintai umatnya adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya jika engkau selalu dan terus-terusan mengikuti/membuntuti aib-aib orang-orang Muslimin, berarti engkau telah merusak mereka.”

Dikatakan oleh nabi bahwa dia telah merusak. Karena dengan terbukanya aib seseorang, berarti kehormatan orang ini akan rusak. Oleh karena itu dilarang oleh Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam. Seorang lebih baik mengintrospeksi dan memeriksa dirinya, daripada memantau kesalahan-kesalahan dan aib-aib seorang seorang muslim.

Simak selengkapnya: https://rodja.id/5c2