Di kalangan pencinta sepeda ada semacam “doktrin”.
Pertama, bukan sepedanya, tapi sepedaannya.
Kedua, bukan “sepedaan”-nya, tapi sepedanya.
Di Bali Bike 2012 dua “doktrin” itu menyatu: ya sepeda, ya sepedaan.
Begitulah, ketika bersepeda menjadi gaya hidup, terutama bagi kalangan kelas menengah.
Kita lihat pemandangan ketika peserta Bali Bike 2012 berdatangan di Hotel Santika Nusa Dua, Bali, Kamis (13/9).
Sebagian dari peserta sempat protes karena sepeda-sepeda mereka harus “dikandangkan” di ruang kaca di samping lobi hotel.
“Banyak yang protes karena tidak boleh membawa sepeda ke kamar. Serasa kehilangan istri, ha-ha-ha,” kata Direktur Utama Circletec Niaga Indonesia, Perry H Josohadisoerjo (60).
Perry dan kebanyakan rekannya sesama pencinta sepeda memang selalu menenteng sepeda ke kamar hotel tiap kali bepergian.
Sepeda Pinarello Dogma 2 keluaran terbaru dari Italia yang ditenteng Perry adalah sepeda berbahan baku karbon yang cukup ringan.
Pencinta sepeda memang mempunyai hubungan emosional dengan tunggangannya.
Djoko Edi Santoso (57) tak pernah terpisah dari sepeda Merlin keluaran Amerika Serikat yang dibelinya seharga Rp 60 juta pada 2004.
Djoko memilih pindah hotel jika manajemen hotel tak memberikan izin membawa sepeda ke kamar.
Demi menghidupi hobi bersepeda, Perry mengoleksi 12 sepeda yang jika harganya digabungkan bisa digunakan untuk membeli rumah di Jakarta. Pria yang juga menjabat Ketua Umum Ikatan Penggiat Olahraga Sepeda Jakarta ini begitu menggandrungi sepeda dan rela meninggalkan hobi golf dan menyelam.
Ketika perusahaan produsen sepeda Pinarello akan mengeluarkan generasi teranyar pada November mendatang, Perry sudah sibuk mencari informasi tentang spesiflkasi sepeda tersebut.
“Harganya sebanding dengan rasa bahagia yang didapat.
Tiga puluh persen dari hidupku untuk sepeda, selain musik jazz tentunya,” kata Perry sebelum memulai start Kompas Bali Bike yang digelar sejak Jumat (14/9) hingga Minggu ini.
Aman dan gaya
Di ajang Bali Bike 2012, peserta menempuh jarak total 292 kilometer.
Bali Bike 2012 sekaligus menjadi ajang wisata dengan suguhan pesona pantai, pegunungan, keindahan danau, serta keunikan budaya.
Rute hari pertama dimulai dari Badung menuju Candidasa, melewati Gianyar, Ubud, hingga desa tua Tenganan.
Peserta yang sebagian telah berusia di atas 50 tahun itu menikmati perjalanan dengan terus menjaga kondisi badan.
Octavianus Noya (58) melengkapi diri dengan beragam aksesori, termasuk monitor detak jantung (heart rate) yang ditempelkan di tubuh dan tersambung dengan monitor GPS Garmin sepeda.
Jika detak jantungnya terlalu cepat, Octavianus akan memperlambat laju sepedanya
Ia menciptakan suasana gembira dengan memutar musik dari peranti Ipod.
Baju belakangnya bagaikan lemari makanan.
Bayangkan saja, beragam jajanan, seperti jelly, madu, dan batangan cokelat, diselipkan di saku baju belakang.
Selain stok “logistik” yang cukup, soal penampilan juga mesti dijaga.
Konkretnya, keringat boleh meleleh tetapi tubuh harus tetap wangi.
Peserta Bali Bike, Ade Dewijanti, melengkapi diri dengan mjnyak wangi dan lip-gloss. Katanya, agar percaya diri di jalan raya.
Dan, tentu saja aksesori yang berfungsi sebagai pelindung diri. Sebut saja helm sepeda yang harganya bisa mencapai Rp 4 juta, kacamata Rp 6 juta dan sepatu kulit khusus sepeda Rp 4 juta.
“Harus mahal agar ada jaminan selamat dari benturan,” kata Aliah Kaimoeddin (35).
Aliah sudah membuktikan.
Kepalanya tidak cedera meski pernah beberapa kali terbentur di aspal jalan raya.
Pada ajang Kompas Bali Bike ini pun Aliah pernah terjatuh dan aman.
Gaya hidup bersepeda, bergaya dengan sepeda, bagi Ketua Indonesia Bike to Work Rivo Pamudji bukan masalah.
“Gaya hidup ini hanya sasaran perantara menuju sepeda sebagai kebutuhan,” ujarnya.
Dengan terciptanya gengsi bersepeda, kalangan kelas atas di kota besar akan tertarik bersepeda.
Jika kondisi jalan memungkinkan, mereka dengan sukarela akan meninggalkan kenyamanan mobil berpendingin ruangan, dansrrr… srrr… berolah dengkul menggowes sepeda
Jadi, sepeda atau sepedaan-nya?
“Gengsi pada akhirnya diukur bukan melulu harga sepeda, melainkan kemampuan mereka bersepeda.
Cycling is a new golf” kata Rivo.
[…] Derita Astrid 2Turtle Beach Hotel awal yang baru bagi Ujung Genteng : Ujung Genteng TourismDestinasi Terpopuler di TurkiPaket Outbound, Outing, Team Building & Company / Family GatheringWawancara Khusus HMC Baryadi, Bakal Cagub SumselTrip Dieng #1. sunrise di bukit cikunirTonkatsu RecipeUjung Genteng, “Tanah Lot” di Pulau JawaLOVELY COMPLEX SEASON 2 [5/Bukan Sepedanya tapi Sepedaannya […]
[…] ternyata cuman seipritnya dibandingkan para sepeda yang dipake sama penggila sepeda di luar sana. Artikel Kompas Minggu, 16 September 2012, memberikan tekanan pergaulan yang sempurna buat pencoba sepeda amatiran seperti saya. Ditulis di […]