Oleh: Herwinto
Ubaidullah bin Umar al-Qawaririy bercerita, ”Aku belum pernah ketinggalan sholat Isya’ berjamaah walau hanya sekali, suatu malam aku kedatangan tamu, karena aku sibuk melayani tamuku ini aku ketinggalan shalat Isya’ berjamaah. Akupun mencoba untuk mencari mungkin masih ada masjid yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah di seantero kota Bashrah ini, namun sayang semua orang sudah selesai melaksanakannya, akupun pulang dan merenung, terdapat sebuah hadist yang menyebutkan bahwa shalat berjamaah itu pahalanya 27 kali shalat sendirian, maka akupun melaksanakan shalat Isya’ dirumahku sendirian sebanyak 27 kali. Setelah selesai akupun tidur dan didalam tidurku aku bermimpi seakan akan aku bersama suatu kaum bersama sama menunggang kuda perang. Kami berpacu. Aku mengendalikan kudaku sekencang-kencangnya tetapi tetap saja tidak bisa mencapai mereka. Aku memperhatikan salah seorang dari mereka, Ia berkata ‘Jangan kamu forsir kudamu sekali kali kamu tidak akan pernah bisa menyusul kami’. ‘Mengapa begitu?’ tanyaku. Orang itu menjawab, ‘Karena kami mengerjakan shalat Isya’ berjamaah sedangkan kamu mengerjakannya sendirian’. Lalu aku terbangun dan diliputi kesedihan dan penyesalan tiada tara.
Marilah kita memohon pertolongan dan taufiq kepada Alloh. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia
Trimakasih mas sudah ditampilkan, semoga kita bisa terus istiqomah menjadi ahlussunah waljamaah, penegak sunnah dan penegak jamaah….
Jazakallah …
Saya yang berterima kasih karena ini selain pengingat juga pembelajaran bagi saya … Mari berbagi pengetahuan / ilmu … Subhanallah …
Perasaan sebel ketinggalan shalat berjamaah bener2 menyesakkan dada seperti tiba di setasiun namun keteta api sudah berangkat. Nyeselnya bukan main.
Demi masa!
Memang waktu merupakan aset yang paling berharga bagi seorang muslim. Bila kita memiliki prinsip “Hidup pada hakikatnya adalah mengelola waktu di luar waktu shalat”. Artinya, waktu shalat itu sudah ada dan tak bisa dinego lagi. Di luar waktu shalat kita memiliki kebebasan mengelolanya.
Ada buku baru bertaj,uk indah
“Kuingin Waktuku menjadi jembatanku menuju surga” yang diterbitkan oleh majalah Tarbawi.
Tajuk yang indah …
Beberapa waktu lalu, saya mendapat kesadaran bahwa, dalam mengisi waktu, orientasinya harus pada kualitas, bukan kuantitas. Kesadaran tsb membawa saya kpd ksadaran berikutnya bahwa, shalat berjamaah (barengan bersama sama peshalat lainnya dgn jmlah rakaat yg sama) orientasinya adalah kualitas bukan kuantitas sbab derajat kwalitas pahalanya berlipat 27 derajat…padahal apa bedanya shalat lohor sendirian dengan berjamaah..yg dilakukan, yg dibaca, jumlah rakaatnya, sama.
Keburukan saya….saya masih (malu!!) sangat sangat jaraaaaaaang berjamaah. Semoga segera saya melakukannya.
Terima kadih sudah menyadarkan saya mas Gatot.
Subhanallah ….
Mas Khalil, yang penting sudah sadar. Mengenai menjalankannya bertahap saja kalau msh belum bisa lima waktu, misalnya subuh dulu. Tapi kalau bisa sekaligus mengapa tidak?
Terima kasihnya ke Allah swt yg telah membuat mas Herwinto menulis artikel ini ….